Dokyeom tiba dirumah sakit, ia berlari menuju ruangan Heeseung. Diri nya sangat amat menyesal dengan perilakunya waktu itu kepada sang anak. Saat ini, ia ingin meminta maaf dan berlutut kepada putra nya itu.

Dibuka pintu kamar Hee, terlihat ada Joshua, Enchae, dan juga Jake. “Heeseung!! Abang!! Jagoan ayah~” dipeluk erat tubuh jagoan nya itu.. “abang, maafin ayah soal kemarin.. maafin ayah udah main tangan kamu, maafin ayah, ya bang?” Lanjut Dokyeom.

“Maaf.. kamu siapa?” Dokyeom sontak terkejut dengan perkataan yang keluar dari mulut Heeseung.

“Nak.. ini ayah. Ayah Dokyeom..”

“Ayah saya di luar kota. Kamu siapa?” Dokyeom benar-benar kaget, bagaimana bisa anaknya berkata seperti itu.

“Chu, ini Hee kenapa? Kok bisa dia lupa sama aku?” Dokyeom bertanya kepada Joshua.

“Mas.. Hee mengalami amnesia. Bukan cuma sama kamu doang dia gak inget.. tapi sama aku, Enchae, dan juga Jake, mas. Kamu harus berusaha keras buat bikin Hee balik ingatannya dan minta maaf sama dia dengan tulus.” Ucap Joshua.

Heeseung yang mendengar itu, ia tersenyum bangga. Sebab, papihnya itu berhasil mendukung permainan yang ia buat.

“Chu.. mas..mas nyesel, Chu.. mas benar-benar nyesel. Mas minta ampun sama kamu.. mas nyesel Chu udah bikin Heeseung kayak gini. Mas gagal jadi ayah, Chu. Mas, gagal..” Saat ini Dokyeom menangis sambil berlutut di hadapan Joshua. Ia benar-benar minta ampun atas kesalahan dia.

Jake yang melihat, sebenarnya tak tega dengan permainan ini semua.. tapi biar gimanapun, ayah dari teman nya itu harus bertanggung jawab atas kesalahan nya.

“Mas, bangun.. malu ada Jake sama Enchae. Sini peluk aku, mas..” Dokyeom memeluk Joshua dengan erat, melepaskan semua penyesalan nya, dan menangis sejadi-jadi nya. Joshua membiarkan Dokyeom menangis dipelukan nya. Ia membiarkan air mata suami nya membasahi bahu nya.

“Mas, coba deketin lagi Heeseung nya.. minta maaf dengan tulus. Inget, mas, waktu itu kamu nampar Hee. Minta maaf nya yang ikhlas, tulus, dan janji gaakan ngulangi lagi.” Dokyeom mengangguk. Ia menuruti perkataan suami nya itu.

“Heeseung, kenalin saya Dokyeom. Itu suami saya, Joshua. Dan anak kecil itu, anak angkat saya, Enchae. Saya punya anak kandung cowok, hebat, ganteng sekali. Saya bangga sama dia. Tapi, dia dirumah sakit karena saya. Karena saya usir, dan saya tampar. Dia melampiaskan semuanya dengan cara balapan dan mabuk. Saya ingin sekali meminta maaf sama anak saya.. saya menyesal. Saya benar-benar menyesal atas perbuatan saya. Saya siap menerima konsekuensi apapun dari anak saya, yang penting saya di maafkan. Saya akan berusaha menjadi ayah yang lebih baik lagi untuk anak, dan juga suami saya. Kalau boleh, izinkan saya memeluk kamu seperti saya memeluk anak saya yang hebat itu setiap saat.” Heeseung mengangguk.

Dokyeom menangis di pelukan sang anak, “kalo kamu mau manggil saya dengan sebutan ayah, boleh, boleh banget. Atau kalau kamu mau ikut dengan saya kerumah, juga boleh.” Heeseung yang mendengar itu, ia menahan tangisnya.. ia tak mau permainan ini berakhir begitu saja. Kalau bisa, ia mau permainan ini bertahan sampai dua hari.

Joshua yang tak kuat melihat ini semua, ia keluar dengan air mata yang sudah jatuh membasahi pipi nya itu. Jake juga ikut keluar bersama Eunchae untuk menyusul Joshua.

“Papih!” Teriak Enchae

“Papih kenapa nangis? Siapa yang jahatin papih?” Tanya Enchae, “papih gapapa, sayang.. gaada yang jahatin papih. Papih cuma kelilipan.” Saut Joshua.

“Om, kayaknya om Dokyeom beneran nyesel deh.. itu kayaknya suara dari hatinya langsung..” ucap Jake.