El Kecewa sama Papah
“Pah, El ijin ke kamar mandi sebentar.” Eden pun mengangguk.
Tak hanya El yang ijin kepada Eden, Jovian pun juga meminta ijin untuk keluar sebentar, karena untuk mencari hawa. “Gue ijin,” ujar Jo, yang dibalas anggukan.
Kini hanya ada Eden, dan juga Amel asissten Eden yang menikmati minuman beralkohol itu. Pak Tian pun pergi meninggalkan mereka berdua untuk menghampiri anaknya.
“Saya tinggal, nggak papa?” Tanya Tian kepada mereka berdua.
“Nggak papa, pak.”
“Baiklah. Nanti saya akan segera kesini kembali. Ada yang mau di tanyakan lagi?” Tanya Tian.
“Pak, nanti kalau saya ngantuk, saya tidur dimana?”
“Kamu bisa tidur di kamar belakang, Amel. Sudah?Amel mengangguk, dan Tian pun mulai meninggalkan mereka berdua.
Kesempatan Amel untuk menggoda Eden pun juga semakin besar. Karena, sang tuan sudah dalam keadaan mabuk, akibat minum terlalu banyak.
Amel yang ngerasa Eden sudah mulai kacau, dirinya mulai mencium dan menikmati manisnya bibir sang tuan. “Enak…” ungkap Amel.
Setelah itu, Amel mulai menggotong Eden ke kamar belakang yang tadi diberi tahu oleh Tian.
El yang keluar dari kamar mandi dan melihat papahnya bersama sang asissten, ia mengikutinya dari belakang.
Setelah memasuki kamar, Amel mulai menutup pintunya agar tidak ada yang memergoki dirinya bersama Eden.
Amel mulai membaringkan tubuh Eden ke ranjang kasur empuk, dan membuka perlahan pakaian Eden.
“Eden, malam ini kamu akan jadi milik aku selamanya, hahahahaha.”
Eden yang dalam keadaan mabuk membiarkan Amel membuka pakaiannya, dan menikmatinya. “Terus sayang..” kata Eden yang dimana Amel mulai terpancing.
Setelah pakaian Eden terbuka, disitulah tubuh indah milik sang Tuan terpampang jelas di depan mata Amel. “Gila, gila, berasa berada di langit ke-tujuh”
Amel mulai menjilati tubuh Eden, dan hal itu membuat Eden mengeluarkan suara desahan, “ashhh, Asha kamu buat saya geli” Amel yang mendengar Eden menyebutkan nama Asha, berhenti bermain sejenak.
“Den, aku Amel, bukan Asha.”
“Lanjutkan, baby” Amel mulai menuju ke arah bibir Eden, sesampainya disana, Amel mencium dan melumat manisnya bibir sang Tuan.
El yang mendengar suara desahan dari kamar itu, mencoba membuka pintu secara perlahan agar tak menyiptakan suara. “PAPAH” El kaget dengan apa yang berusan ia lihat.
El yang sudah geram dengan perlakuan mereka berdua langsung masuk begitu saja tanpa aba-aba. “PAPAH!” Amel, dan Eden segera bangun, “Ohhhh pantes papah nggak ajak mamah, ternyata mau selingkuh.” Lanjut El.
“Abang, ini nggak seperti yang kamu lihat, sayang… wanita ini menjebak papah.” Eden segera memakai bajunya, dan menjelaskan semuanya kepada anaknya itu.
“Ngejebak gimana? Orang jelas-jelas anda sangat menikmatinya wahai Jaeden.”
Amel yang melihat pertengkaran papah, dan anak itu, hanya bisa tersenyum sinis. “Hahaha, ini yang gue mau.” Ucapnya dalam hati.
“Bener. Papah kamu yang minta saya ngegotong dia kekamar ini.” Eden benar-benar tak habis pikir dengan tingkah laku Amel. Bisa-bisanya Amel memfitnah dirinya didepan anaknya sendiri.
“JAGA UCAPAN KAMU AMEL!”
“Kenapa harus dijaga? Kan benar yang diucapin tante Amel. Bukan begitu Amelia?” seru El, dan dibalas anggukan Amel.
“El, dengerin penjelasan papah dulu”
“Apa yang perlu dijelasin lagi? Semua udah jelas. Jangan harap anda saya panggil papah lagi.”
PLAK
Satu tamparan berhasil melayang di pipi El. “El kecewa sama papah.” El meninggalkan Jaeden begitu saja.
“El, tunggu! Ini semua gara-gara kamu.” Eden mulai menyusul langkah El yang begitu cepat.
Disaat hendak keluar, El bertemu dengan Jovian, “El, mau kemana kamu?” El tak menjawab.
“Den, Den, stop. Kenapa?”
“El, El ngelihat gue sama Amel dikamar berduaan. Gue dijebak, Jo…”
“Anjing! Yauda, ayok nyusul El.”
Mereka berdua mulai menyusul kemana perginya El.