Hancur

Kini semua sudah berada di Rumah Sakit tempat Joshua melahirkan. Kecuali dengan suaminya itu, Dokyeom. Ia benar-benar tak membalas pesan dari siapapun, bahkan dari kakak nya sendiri. Walaupun semuanya sudah tau kalau Dokyeom itu selingkuh, tetapi, ini menyangkut nyawa anak, dan suaminya.

“Nu, udah di telpon Dokyeom?” Tanya Seungcheol kepada Wonwoo.

“Udah bang. Tapi gadiangkat…” katanya.

“Adek lu anjing juga gue liat-liat, Nu..” ucap Seungcheol yang sudah tak bisa menahan amarahnya.

“Mas, tahan, ya? Joshua lagi berjuang di dalem.. kamu jangan gegabah.” Itu suara Han yang sambil mengelus bahu Seungcheol.

“Iya, Han.”

15 menit menunggu, akhirnya suara yang ditunggu tiba.

Oeee.. oee…

Dokter pun keluar, “suami pasien yang mana?” Tanyanya. Dan semua orang yang berada disitu saling tatap.

Jeonghan mengangkat tangannya, “saya kakaknya, Dok. Suaminya lagi diluar kota.”

“Ohh boleh.. silahkan masuk.” Jeonghan dan juga Dokter masuk ke ruang bersalin. Melihat Joshua yang tengah mencium sang buah hati.

“Han.. Dokyeom ada?” Jeonghan tak menjawab.

“Han?”

“Gaada, Shu. Dia lagi sama selingkuhannya..”

Sakit. Benar-benar sakit. Disaat dirinya sedang mempertaruhkan nyawanya, justru sang suami malah asik bermain dengan selingkuhannya itu.

“Gue mau kesana, Han. Pegang bayiknyaa..” Joshua melepas semua alat yang ada di tubuhnya, dan ia mencoba menguatkan diri untuk bangkit dari ranjang.

“Josh, jangan.” Han tetap menahan Joshua, tetapi tak bisa. Bahkan orang yang di dalem pun juga tak bisa.

Pintu kebuka, Joshua keluar dengan air mata yang menahan sakit di hati nya. Tak hanya sakit hati, ia juga sakit fisik karna baru saja melahirkan.

“Shu, mau kemanaaaa?” Tanya Seungcheol.

“Gue mau ke Dokyeom, Cheol.. anterin gue plishhh..” Joshua meringis kesakitan.

“Engga. Lu harus disini, Shu. Lu belum sembuh total..” kata Seungcheol yang masih berusaha menahan Joshua.

“Kalo lu gamau anterin, GUE BISA NAIK TAKSI!” Tegasnya.

“Okee. Okee, gue anterin. Tapi lu pas disana jangan gegabah.” Joshua mengangguk. “Siapa yang mau ikut gue?” Tanya Seungcheol.

“Gue.” Mingyu menjawab.

“Gue, bang.” Wonwoo juga.

“Oke. Yang lain bantuin Han urus bayiknya, ya.” Semua mengangguk. Kini Seungcheol, Mingyu, Wonwoo, dan juga Joshua, segera berangkat menuju Hotel yang sudah terdektesi di handphone milik Joshua. Sebab, ia menaruh alat pelacak di tempat yang tak diketahui oleh suaminya itu.

Jarak antara Rumah Sakit dan juga Hotelnya sekitar 30 menit. Joshua berusaha menahan sakitnya demi bertemu suaminya itu.

Mereka tiba di Hotel tersebut, dan menanyakan ruangan tempat Dokyeom menginap.

“Misi mba, mau nanya, atas nama Lee Seokmin diruang berapa, ya?” Tanya Wonwoo.

“Ruang 202, mas. Di lantai 2.”

“Baik, mba. Terimakasih.”

Mereka berjalan ke arah lift untuk menuju ruangan Dokyeom berada. Joshua benar-benar tak bisa menahan sakitnya. Mingyu mengambil kursi roda yang telah di berikan oleh security. “Kak, naik ini, ya?” Joshua menuruti perkataan Mingyu, dan dirinya duduk di kursi roda tersebut.

Tiba di lantai 2, mereka segera mencari ruanga 202 tersebut. Tak butuh waktu lama, akhirnya mereka menemukannya. Seungcheol menekan bel yang ada di depan pintu kamar nya.

ting nong

ting nong

Pintu terbuka, betul. Dokyeom yang membukanya. Ia membuka dengan mata yang masih sayup, ia tak sadar bahwa yang datang itu ialah suaminya.

“Mas” ucap Joshua yang sambil gemetar.

Dokyeom mengucek matanya, “CHU?? Kamu ngapain disi—“ Dokyeom juga melihat ada sang kakak, Mingyu, dan juga Seungcheol. “Loh, kok? Kalian ngapain disini? Aku lagi kerja loh..” ucapnya

“Kerja sambil ngewe?” Wonwoo menunjukkan postingan yang ada pada akun Dokyeom.

“Kak? Itu dapet darimana?”

“Akun lu lah. Galiat ini nama nya?”

“Kak..”

Seungcheol nerabas masuk kedalam, dan benar saja ada seorang wanita yang tak mengenakan pakaian dan hanya dililit oleh selimut.

“kalian ngapain disini?” Tanya cewek tersebut.

“JUSTRU GUE YANG HARUS NYA NANYA SAMA LO! NGAPAIN SAMA SUAMI GUEE BRENGSEK?!” Ucap Joshua.

“Chu udah, Chu.. jangan kayak gini.. malu nanti orang Hotel pada tau.” Ucap Dokyeom yang mencoba menahan emosi sang suami.

“Mas, kamu tau enggak si kalo aku ini lahiran? Kamu cek handphone kamu enggak si? Hah?!”

“Chu.. mas minta maaf.. mas beneran minta maaf..” Dokyeom kini berlutut dihadapan Joshua.

“Gausah kayak gini mas. BASI!” Ucap Joshua.

“Bisa-bisanya kamu ngewe pas aku mau lahiran, mas.. anak ketiga kamu, mas, mau lahir.. mau liat Dunia. Tapi apa? Ayahnya malah jadi bajingan kayak gini. Jangan harap ya mas kamu bisa liat anak ketiga kamu. Dan semoga Abang enggak mukulin kamu.” Kata Joshua yang keluar dari kamar tersebut.

Sebelum yang lainnya keluar, Seungcheol menghantam pipi kiri Dokyeom.

BUGH

“ANJING! HARUSNYA JOSHUA GAUSAH RUJUK SAMA LO BANGSAT!”

“Bang.. gue minta maaf..” suara Dokyeom yang menahan rasa sakit dari pukulan Seungcheol.

“Kali ini gue bener-bener benci sama lo! Anak-anak lo biar gue aja yang urus. Lo urus lonte lo ini aja!!” Ucap Seungcheol yang juga ikut keluar dari kamar najis tersebut.

Joshua menangis dengan didampingi Wonwoo. Benar, Wonwoo tak buka suara selain tadi di pintu. Ia benar-benar malu dengan perilaku adiknya itu. Bahkan, ia juga udah tak sudi menyebut Dokyeom dengan sebutan Adik.

Demi Tuhan, rasanya Wonwoo ingin membunuh sang adik waktu itu juga. Tetapi, Wonwoo masih memikirkan perasaan Joshua yang statusnya masih menjadi suami adiknya itu. Dan ia juga memikirkan ponakannya tersebut. Bagaimana perasaan Heeseung dan juga Enchae, kalau tau Ayahnya menjadi bajingan lagi. Dan bagaimana hancurnya hati Heeseung yang lagi-lagi melihat perilaku buruk Ayahnya itu.

”Hee, semoga sikap kamu enggak seperti Ayah kamu yang brengsek itu, yaa..” ucapnya dalam hati.