Hug me, Ra

Tara tiba di depan pagar rumah Zavira sang pacar, dibukakan gerbang untuk Tara masuk oleh mang Jali, “makasih mang…” Dan dibalas anggukan mang Jali.

*tin tin tin

“Zavira, coba lihat siapa yang dari tadi klakson.” Kata Dinda, ibu dari Zavira.

Zavira pun melihat keluar, “gaada siapa siapa mah.” Teriak Zavira dari luar.

“Coba kamu lihat lagi, neng.”

“Woi, keluar ga lo.” Kata Zavira yang menyuruh si tukang klakson keluar.

Tiba tiba dari belakang, tubuhnya dipeluk oleh laki-laki yang sangat ia kenali aroma wanginya. “Tara, kamu ngapain klakson si? Mamah jadi ngomel kan itu, minta maaf sama mamah.” Tara hanya cekikikan, melihat wajah Zavira yang kusut bagaikan pakaian yang tak digosok berhari hari.

“Iya, nanti aku minta maaf. Hug me dulu please…” Zavira menggeleng, “Gamau. Kamu udah iseng, aku ngambek.” Tara ditinggalkan seorang diri di depan pintu rumahnya yang mewah.

“Siapa nak?” Tanya Dinda.

Tara pun masuk, “Assalamualaikum, Tara tante… maaf ya, tadi udah klakson hehe.”

“Waalaikumsalam, kirain siapa hehe. Duduk nak Tara.” Tara pun duduk di sofa rumah Vira. “Ada perlu apa nak, kemari?” Tanya Dinda.

“Gaada si tante, cuma mau minta peluk sama Zavira hehe.” Zavira melotot kaget, setelah mendengar perkataan Tara barusan.

“Engga mah, Tara boong. Dia kesini mau minta makan.”

“Tara mau dipeluk sama anak gadis tante?” Tara mengangguk. “Kalo gitu, tante pergi dulu… kebetulan ada arisan di gang sebelah. Inget, jangan macem macem.” Dinda pun menuju ke kamarnya di lantai dua, untuk mengambil tas yang dibawa pergi arisan.

“Mamahhh…”

Tara yang senyam senyum sedari tadi, ia tak sabar untuk memeluk sang pacar yang ia kangenin dari kemarin.

“Kenapa, senyam senyum? Gila ya?” Tanya Zavira yang agak sedikit judes.

“Hah? Engga hehe. Gausah merah gitu kali pipinya, kaya mau dipeluk siapa aja.” Zavira segera menutupi wajahnya dengan baju yang ia pakai.

Dinda pun turun, “Tara, tante titip Zavira ya…kalo dia nakal cium aja. Tante pamit.” Zavira hanya menghela napas, ia tak mau membalas perkataan mamah nya tadi.

“Seneng?” Tara tetap tersenyum.

“Kayanya kamu beneran gila deh, Tar.”

“Gila karna kamu.” Tara pun menarik tubuh Zavira ke pelukannya, dan menggeletik tubuh Vira. “Ih apaansi, lepasin ga?” Tara menggeleng.

“Gamau, lagian kamu dari tadi gajelas cemberut mulu. Ini hukumannya.” Tara kembali menggelitik tubuh wanita yang ia sayangi itu. Tiba tiba…

“Assalamualaikum, Ji pulang..” Tara yang sedang keasikan menggelitik tubuh Vira di sofa, ia merasa terganggu akan kehadiran Jiano sang adik dari Zavira.

“Waalaikumsalam, Ji.” Di tatapnya Ji dengan tatapan sinis, membuat Ji berhasil melarikan diri ke kamarnya.

“TARA IH, KALO NGELIATIN JI JANGAN KAYA GITU.”

“Lagian, orang lagi asik. Di kamar kamu aja, yuk?”

“Kata orang, gaboleh main di kamar berduaan, nanti ada setan.”

“Iya setannya kamu.” Tara yang tiba tiba menggendong Zavira, Vira pun kaget, dan meminta Tara untuk menurunkan nya.

“Tara turunin.”

“Gamau.”

“Turunin, atau aku—“ Tiba tiba saja bibir Tara mencium bibir Zavira.

“Diem atau aku makin parah?” Zavira memilih diam dibanding diapa-apain dirinya oleh sang pacar.

Mereka berdua tiba di kamar, Tara langsung menaroh tubuh Zavira secara perlahan.

“Dahkan?aman…”

“Ngapain si disini? Di ruang tamu kan bisa.”

“Gamau, nanti diganggu mang Jali.”

“Terus disini mau ngapain?”

Tara mulai mengeluarkan jurus boba eyes andalannya, agar sang pacar mau memeluk dirinya.

“Hug me, Ra, please…” kata Tara yang sudah mengeluarkan jurusnya.

“Argantara, come on… aku lemah kalo kamu udah boba eyes gini.” Tanpa basa basi, Zavira langsung memeluk tubuh Tara. Dan Tara membalas pelukan hangat dari sang pacar.

“Thank you, orang aku cuma minta peluk. Kan kemarin aku udah bilang, aku kangen Zavira sayang…” Zavira semakin mengencangkan pelukannya.

“Tar, jangan pergi ya? Aku sayang kamu.” Tara mengangguk, “Aku gaakan pergi, sayang…” kata Tara yang mengelus rambut Vira.

“I love you.” Zavira mencium bibir laki-laki yang sekarang berada di hadapannya.

“Nakal yaa…”