I love you.
Zavira yang sudah tiba di lokasi dimana Tara dan Atuy berada, ia segera masuk kedalam untuk mencarinya.
Tak lama ia mencari, akhirnya dirinya menemukan dua laki-laki yang ia cari. “Mas, tolong bantuin temen saya bawa ni cowo, ke dalam mobil saya. Cepet, gapake lama.” Perintah Zavira kepada pelayan club.
Tara pun digotong oleh Yuta dan pelayan di club untuk masuk ke mobil Zavira. “Gue aja yang nyetir, lo temenin Tara di belakang.” Kata Atuy yang mengambil alih mengemudi. Zavira mengangguk dan pindah tempat duduk di samping Tara.
Kepala Tara ia taro di pahanya, dan ia mengelus ngelus lembut rambut Tara. “Dasar gila, udah tau gabisa mabok, so soan mabok. Jadi ginikan, nyusahin.” Atuy hanya tertawa setelah mendengar Zavira mengomeli Tara yang sedang dalam keadaan mabuk itu.
I love you, Ra. Zavira yang kaget mendengar Tara berbicara, ia langsung menepuk nepuk pipi Tara.
“Heh, bangun bangun udah pagi.” Tara masih saja belom sadar.
Ra, maaf. Aku gabisa hidup tanpa kamu, jadi jangan tingalin aku lagi. lagi lagi Tara mengeluarkan suara menyebut nama Zavira. Namun, Zavira tak peduli. Efek mabuk kata dirinya.
“Ini mau kerumah siapa?” Tanya Atuy.
“Rumah gue aja.”
“Gapapa emang sama bunda lo?”
“Gapapa, lagian bunda juga udah tidur.” Atuy mengacungkan jempol ke arah spion mobil di dalam.
“Jiee, jiee” teriak Zavira dari ruang tamu.
Jie pun turun dari tangga, “kenapa kak?” Jie melihat bahwa Tara sudah dalam keadaan tak sadarkan diri akibat mabuk berlebihan.
“Bantuin kak Atuy gotong Tara ke kamar kamu.” Perintah Zavira.
“Kamar Jie?”
“Iya, cepet. Ini makhluk berat banget.” Jie langsung menggotong Tara bersama dengan Atuy.
“Thank you, Tuy. Hati-hati.” Atuy mengangguk dan melambaikan tangannya pada Jie. “Dadah anak ganteng.” Jie membalas lambaian Atuy.
“Jie, kakak pinjem baju kamu ya? Buat ganti baju Tara. Bau alkohol.” Jie langsung mengambil bajunya di dalam lemari dan menyerahkannya pada Zavira.
“Gantiin, ni.” Jie menggeleng, “kakak aja, kan kakak pacarnya.” Kata Jie yang langsung keluar begitu aja.
“Dasar anak setan.”
Kini Zavira tinggal berdua di kamar Jie bersama Tara. Ia mulai mengangkat baju Tara yang sudah menyengat bau alkoholnya. Tak lupa dirinya menahan napas agar bau alkohol tidak tercium olehnya. “Nyusahin, gausah mabok besok besok.” Disaat Vira mengangkat baju Tara, tiba tiba Tara melotot begitu saja.
“Monyet, gue kaget.” Kata Zavira yang langsung menampar muka Tara.
“Aku dimana?”
“Aku dimana, aku dimana. Dikamar Jie, rumah gue. Gausah mabok besok besok, nyusahin.” Tara hanya tersenyum. “Nih ganti baju sendiri, gue mau balik kekamar gue.” Lanjut Zavira, belom sempat berdiri, tangannya ditahan oleh Tara.
“Disini aja, temenin aku. Aku kangen kamu, Ra.” Kalo boleh jujur, dirinya juga kangen dengan boba eyes dari laki-laki yang sekarang ada dihadapan dirinya.
“Ra?” Tanpa aba aba, Tara langsung meraih rahang Zavira dengan tangannya dan menyatukan bibirnya.
Zavira kini hanya bisa membeku, padahal ini bukan kali pertama dirinya dicium oleh Tara. Namun, tetap saja dirinya kaget.
Tara melepaskan ciumannya, dan menatap Zavira yang kini mulai menjadi batu. “Kenapa? Kaget? Kangen aku juga kan? Gausah gengsi, ayok main.” Kini Tara kembali menyentuh bibir Vira dengan bibirnya.
Zavira mendorong tubuh Tara untuk segera berhenti menciumnya. “Inget ga si, ini dikamar siapa?” Bentak Vira. Tara hanya terdiam, “Maaf.”
“Ganti baju di kamar mandi, cepetan.” Tara mengangguk, ia langsung menuju ke kamar mandi untuk segera berganti pakaian yang sudah bau alkohol.
“Kamu tidur sama Jie, aku di kamar aku. Besok pagi, aku anter pulang.” Tara kini hanya menurut perkataan pemilik rumah tersebut.
“Ra…” Zavira menghentikan langkahnya disaat Tara memanggil namanya.
“Kenapa?”
Tangan Tara kini terbuka lebar, menandakan bahwa dirinya sedang ingin dipeluk. “Peluk … kangen.” Zavira langsung menuju ke arah Tara dan memeluknya.
“Udah? Aku ngantuk.”
“I love you, Vira sayang.”