Iya, gue akan tetep disini.

Daniel langsung menancapkan gas untuk menuju ke tempat Zara berada. Dirinya sangat frustasi setelah melihat kembali isi room chat ia dan Zara. Zara sepertinya begitu terlihat sudah sangat mabuk, sampai-sampai mengetik saja sudah sangat ngaco.

“Beneran sinting, gue harus ngomong apa sama tante Karin?” Ucapnya sambil mengusak ngusak rambut didalam mobil.


Tak butuh waktu lama, Daniel tiba di tempat club malam itu. Ia langsung masuk kedalam mencari Zara didalam.

Ia melihat dari kejauhan Zara sedang menunduk, dirinya langsung menghampiri Zara, “baguss malah mabuk disini” Zara hanya memandang Daniel sekilas dan melanjutkan menundukkan kepala.

“Ra?” Panggil Daniel.

“Ra?” Tak ada jawaban sama sekali dari wanita yang ada didepannya itu.

“Ra?” Tetep tidak ada jawaban. Mau tak mau, Daniel harus menggendong Zara untuk segera keluar dari tempat itu. “Nyusahin, untung gue sayang.” Katanya.

Daniel langsung menidurkan Zara di kursi belakang, ia membiarkan Zara terlelap dalam tidurnya sampai tiba di appartement miliknya. “Love you, Ra.” Ucapnya sambil mencium kening milik Zara itu.


Tiba di Appart, Daniel langsung meletakan Zara di kasur besar miliknya. Ia menelpon teman perempuannya untuk meminta bantuan menggantikan pakaian milik Zara. Karna kalau tidak, ia bisa dituduh mabuk oleh om Gerald.

Pov Daniel dan Lula

“La, bantuin gue dong”

”bantuin apaan?”

”Gantiin baju cewek di kamar appart gue sekarang”

”bentar, bentar… gimana? Lu bawa cewek ke kamar? Ngapain anjing?!”

”nanti gue ceritain kalo lo udah kesini.” katanya Daniel yang langsung ditutup telponnya oleh Lula.


*tok

*tok

*tok

“Masuk, La” Lula pun memasuki appartement Daniel. Benar saja ia melihat ada sosok wanita sedang tertidur pulas dikasur milik temannya itu. “Gue harus apa terusnya?” Tanya Lula.

“Gantiin baju dia, ambil baju gue dilemari, terus pakein ke dia. Gue mau masak bentar” Lula pun mengangguk, ia menuju lemari Daniel untuk mengambil baju.

Lula pun langsung menggantikan baju Zara. “Pinter juga ni Daniel milih cewek” kata Lula. “Cakep lagi, buset dah…” lanjutnya.

“LULAA, UDAH BELOM??” Teriak Daniel dari dapur.

“Udahhh, lo dimana?” Tanya Lula balik pada Daniel.

“Dapur, sini makan.” Lula pun menuju ke dapur tempat Daniel berada.

“Oh, iya, lo katanya mau cerita dia siapa” Daniel menghentikan makannya dan mulai bercerita.

“Oke. Gue cerita sekarang.” Lula yang sudah siap sedari tadi, ia langsung mendekatkan wajahnya agar bisa mendengarkan lebih jelas.

“Jadi gini… gue sama cewek itu, oh iya gue belom kenalin namanya. Dia namanya Zara. Gue dijodohin sama dia, gatau karna apa, tapi gue nurut aja.” Lula menepuk bahu Daniel, “bagus, ini baru temen gue.” Memang. Lula dan Daniel sudah berteman cukup lama, namun, diantara mereka tidak ada saling suka, mereka berdua benar-benar sudah seperti kakak beradik. Sangat dekat, namun tidak pacaran.

“Lanjut, lanjut” kata Lula yang menyuruh Daniel untuk melanjutkan ceritanya itu.

“Iya gue dijodohin, gue mau, dia mau. Tapi ada syarat,” Lula penasaran apakah syaratnya itu? “Apa?” Tanya Lula. “Syaratnya, gue gaboleh ngepublish tentang perjodohan ini, gue sama dia satu kampus. Dia adik tingkat gue. Jadi, dia minta gue gak ngasih tau ke siapapun itu sebelum dia duluan ngasih tau.” Lanjut Daniel.

“Terus?”

“Udah.” Tiba-tiba terdengar suara teriakan dari kamar, Daniel langsung menuju kekamar, “kenapa sih?” Tanya Daniel pada Zara yang menutupi badannya dengan selimut.

“MONYETTT, LO KAN YANG GANTIIN GUE BAJU?! NGAKU?!! NGAMBIL KESEMPATAN DALAM KESEMPITAN!” Daniel berhasil kena timpuk bantal dari Zara.

“Bukan gue yang gantiin, tapi Lula.” Lula? Siapa Lula? “Siapa Lula?” Merasa namanya dipanggil, Lula menyusul Daniel kekamarnya. “Gue Lula. Halo, salam kenal.” Lula menjulurkan tangan terlebih dahulu.

“H-halo… gue Zara,” Zara membalas.

“Gue temennya Daniel, jadi lo jangan cemburu yaa. Tenang aja, gue gaakan rebut dia dari lo.” Ucap Lula.

“Eh.. lo udah tau?” Lula mengangguk. “Tenang aja, gue gaakan ngasih tau siapapun.” Zara tersenyum.