Sekolah
Pagi telah tiba, matahari telah muncul menggantikan bulan yang telah menyinari bumi semalam. Waktu menunjukkan pukul 06.30 tanda bahwa 30 menit lagi SMA NEO GARUDA akan ditutup gerbang nya bagi siswa dan siswi yang telat.
Raga yang sudah bangun dari jam 05.00 pagi tadi, ia langsung bergegas menuju kerumah wanita yang sangat ia cintai, yaitu AQILLA ZAURA. Raga dan Aqilla satu sekolah dan juga satu kelas, bukan hanya mereka berdua, melainkan Raka adik dari Raga jugas satu sekolah dan satu kelas.
Tak perlu basa basi, Raga langsung menyalakan mesin motornya dan segera menuju kerumah Aqilla.
Raga mendekati rumah Aqilla, ia melihat dari kejauhan ada seorang wanita yang berdiri sendirian di depan gerbang rumah wanita nya itu. Raga berfirasat itu adalah Aqilla, ia pun langsung menambah kecepatannya agar tidak telat menjemput Aqilla.
“Morning princes nya Raga,” kata Raga sambil tersenyum, ia pun mematikan mesin motornya dan memakaikan helm ke kepala Aqilla.
“Lama banget si, bulukan ni.” Kesal Aqilla.
“Maaf, tadi pesawatnya kejebak macet.” Raga mencoba membuat lawakan agar dirinya tidak diocehkan oleh Aqilla. Raga paling males kalo wanita nya itu sudah marah marah, nenek rombeng pun akan kalah dengan ocehan dari perempuan yang ia cintai.
Aqilla segera naik ke motor Raga, “Sudah siap, princess?” Tanya Raga, dan dibalas anggukan Aqilla.
“Peluk dong,” aqilla paling males kalo Raga sudah meminta dirinya untuk memeluk Raga. Memang, tubuh Raga itu sangat pelukable. Tapi Aqilla hari ini sangat tidak mood untuk melakukan sesuatu.
“Kalo gapeluk, aku gaakan jalan.” Raga terus menunggu hingga tangan Aqilla berada di pinggangnya.
“Udah, ayok jalan nanti kesiangan.” Kata Aqilla yang meminta Raga untuk buru buru menuju ke sekolah.
Sampai di sekolah, semua mata tertuju pada mereka berdua. Dua pasangan itu memang sudah sangat terkenal di lingkungan NEO GARUDA, jadi menurut Raga hal itu sudah biasa.
“Nempel mulu kaya cicak,” kata siswa yang lewat di hadapan mereka.
“Daripada lo, sendirian mulu kasian.” Raga memang sudah sangat akrab dengan siswa di sekolahnya. Ia merangkul Aqilla untuk menuju ke kelas nya.
Tiba tiba, ada guru dari belakang yang memisahkan jarak antara mereka berdua “Kamu ini, udah di sekolah masih aja rangkul rangkulan. Hati hati, kata orang jaman dulu, kalo berduaan yang ketiganya setan.”
“Bapak dong setannya? Kan bapak jadi penghalang kita?” Tak lama, sebut saja pak Budi, pak Budi meninggalkan mereka berdua dan membiarkan nya.
“Dasar Budi haha” Raga tertawa setelah melihat tingkah laku dari guru nya itu.
“Sut Raga, gaboleh gitu.”
“Maaf.”
Tak lama, mereka berdua sampai di ruang kelas. Raga tidak melihat Raka sama sekali, padahal tasnya ada.
“Nyari siapa, ga?” Tanya Qilla.
“Raka, tas nya ada orang nya gaada”
“Mungkin di kantin?” Raga hanya mengangkat kedua bahunya.
“Gausah dipikirin nanti juga nongol.”
Benar saja, tak lama mereka berdua membicarakan Raka, kini Raka benar benar muncul dari balik pintu. “Darimana lo?” Tanya Raga.
Raga dan Raka ini adalah Kaka beradik yang hanya beda 5 menit saja. “Kantin, ganti duit gue.” Raga bingung, duit apa yang dimaksud oleh Raka?
“Duit apaan?”
“Lo belom bayar gorengan di bu Judes ya anjir”
“Iyakah? Ah bodoamat”
“Yauda beliin gue gitar” Raga langsung menatap Raka sinis, ia lebih memilih mengganti duit Raka dibanding membelikan nya gitar.
“Nih, ogah gue beliin gitar. Gorengan aje 2ribu, gitar diatas 200. Rugi gue.” Kata raga yang hanya dibalas ketawa Raka.
Tak lama, datanglah guru bahasa Indonesia yaitu pak Andre. “Raka, ayok duduk di tempatnya. Jangan ganggu orang pacaran gabaik.” Qilla yang mendengarnya hanya tersenyum malu.
Pelajaran dimulai, semua siswa/i di sekolah Neo Garuda mengikuti pelajaran hari ini.
“Nanti pulang sekolah, kerumah ya?” Raga pun mengangguk, kini semua melanjutkan belajarnya.