Tw // pelecehan⚠️

Heeseung segera menancapkan gas mobilnya untuk segera menuju ke sekolahan adik nya itu.

Tin tin tin

Lampu merah di perempatan lumayan cukup lama, sehingga membuat Heeseung ingin segera cepat sampai. “LAMA AMAT ANJING!” umpatnya di dalam mobil.

Setelah lampu merah sudah berganti dengan lampu hijau, ia melanjutkan perjalanannya. Tak lama, dirinya tiba di tempat adik nya sekolah. Heeseung memarkirkan mobilnya di parkiran dan segera turun.

Dirinya terus mencoba menghubungi ponsel adiknya, namun tak ada jawaban. Heeseung mencoba ke kantin yang berada di belakang sekolah, tetap saja tidak ada sang adik.

Ia melihat anak-anak tengah berkumpul di depan ruang kepala sekolah. “Misi, misi. Ada apaa, ya?” Tanya Hee terhadap salah satu siswa.

“Itu bang tadi anak kelas 11 di lecehin di gudang sekolah.” Ucapnya.

Deg

Setelah mendengar jawaban dari siswa tadi, Hee menerobos ke depan pintu. Dan benar saja, adiknya sudah nangis dipelukang sang guru.

Heeseung membuka pintu tersebut tanpa basa-basi. Guru yang melihat nya, mencoba melarangnya. “Kamu siapa? Main masuk gitu aja.” Ucap sang guru.

“Saya abangnya. Dia adik saya! Adik saya kenapa?” Heeseung meninggikan nada bicaranya. Enchae yang mendengar suara abangnya tersebut, ia berlari menuju Heeseung dan segera memeluknya.

“Hikss..hikss..abang…adek..adek dipegang-pegang, bang.. adek dibawa ke gudang abang.. adek takut abang…” Enchae terus menangis dipelukannya. Tubuh sang adik saat ini gemetar. Ia merasakan bahwa Enchae sangat ketakutan saat ini. Ia benar-benar marah terhadap guru, dan juga murid yang melecehkan adiknya itu.

“Adek.. adek tenang, yaa.. udah ada ada abang disini. Mana anaknya?” Tanya Hee. Enchae menunjuk ruangan tempat murid yang tadi membawa dirinya ke Gudang.

Heeseung berjalan masuk ke dalam ruangan itu, dan melihat bahwa murid yang bernama Bimo, dan juga dua orang temannya. Mereka bertiga kini tengah menunduk. Di dalam ruangan tersebut, sudah ada kepala sekolah, orang tua dari Bimo, dan juga ob sekolah yang sebagai saksi.

“Enchae, sini sayang..” ucap Ibu kepala sekolah yang bernama Rahma. “Enchae diapain aja sama Bimo, dan juga teman-temannya ini?” Lanjut bu Rahma.

“Aku.. aku dipegang-pegang bu. Aku dibawa ke gudang sama Bimo. Tadi aku lagi makan di kantin sama Salma, tapi Bimo narik aku maksa buat ikut dia ke gudang..” ucapnya yang kini berhasil membuat Heeseung kembali emosi.

“Masih kecil udah berani kayak gini! Saya sebagai abangnya gaterima! Orang tua saya, dan juga saya ngejaga Enchae setengah mati, tapi sama kamu malah diginiin! Mau jadi apa kamu gedenya?!” Heeseung benar-benar emosi. Sedangkan Bimo terus saja menunduk. Ia tak berani menatap Heeseung. “JAWAB!” Lanjut Hee.

“Kamu jangan kayak gitu sama anak saya! Anak saya gamungkin kayak gitu kalo gaada yang nyuruh!” Kini ibu Bimo yang bicara.

“Bu, sudah jelas-jelas kalau anak ibu yang salah. Sudah jelas-jelas anak ibu disini ketua nya! Anak ibu bisa aja dikeluarin dari sekolah ini, dan gaada sekolah yang mau nerimanya lagi. Dan sekolah ini juga bisa di tuntut karna kasus pelecehan salah satu murid!

Sontak semua guru dan kepala sekolah juga menunduk mendengar ucapan Heeseung. Sebab, sekolah ini ada campur tangan dengan Choi Seungcheol yang merupakan teman dari papih nya itu.

“Mas, jangan nuntut sekolah ini, mas.. saya mohon.. nanti saya dipecat sama mas Seungcheol..” ucap bu Rahma.

“Kalo gitu, keluarkan anak ini dari sekolah! Sebelum saya telpon daddy.” Ancam Hee.

Satu ruangan terdiam, “gaada yang berani ngeluarin? Saya telpon daddy dulu kalo gitu. Adek, tunggu sini, ya.” Enchae menuruti perkataan abangnya.

Heeseung kini menelpon Seungcheol di teras.

“Halo”

“Iya, abang? Kenapa?”

“Daddy, daddy dimana?”

“Dikantor. Kenapa sayang?”

“Kesekolah Enchae, Dad.”

*“Loh? Bukannya kamu tadi sama Uwon? Emang ada apa sama adik kamu?” *

“Adek di lecehin. Cepet daddy kesekolah..”

“Daddy jemput papah, ayah kamu, sama papih kamu dulu, ya..”

“Oke daddy.”

Heeseung kembali memasuki ruangan tersebut setelah selesai menelpon Seungcheol.

“Udah saya telpon. Tinggal tunggu beliau datang.” Ucap Hee.

“Enchae.. maafkan anak ibu.. maafkan Bimo.. mas, maafkan Bimo, mass.. saya gamau Bimo gabisa sekolah, mas.. saya tau Bimo salah, tolong dimaafkan..” kini ibunya Bimo berlutut di hadapan Heeseung.

“Bangun, Bu.” Ibunya Bimo kembali duduk di bangku nya. “Saya maafkan, tapi soal di keluarin dan di blacklist dari seluruh sekolah, itu terserah daddy.” Ucap Hee. Tak lama Heeseung berbicara seperti itu, kini satu keluarga tiba di ruangan tersebut.

“ADEKK!! Adekk kenapa sayang?” Ucap Papih yang langsung memeluk Enchae.

“Adek gapapa, papih..”

“Kamu diapain sama dia?” Tanya Papih kepada Enchae.

“Gadiapa-apain.. papih gausah khawatir. Udah ada abang yang ngelindungin adek.” Dirinya bangga mempunyai seorang anak laki-laki yang melindungi adiknya itu.

“Kamu, Enchae, kak Han dan juga abang, tunggu diluar aja.” Ucap Ayah dan dibalas anggukan oleh sang papih.

“Abang disini aja, yaa?”

“Biar daddy sama ayah kamu aja ya, bang, yang ngurus semua.” Heeseung mengangguk setelah Seunghcheol bersuara.