Vira… maaf.

Zavira dan Jie kini segera menuju tempat dimana Tara ngajar dance. “Emang kenapa si, kak?” Tanya Jie yang penasaran sebenernya ada apa. Namun, tak ada jawaban dari sang kakak.


Setelah 45 menit menempuh perjalanan, kini kakak beradik itu tiba di tempat dance yang diajar oleh Tara.

“Ayok masuk.” Vira menarik tangan Jie untuk segera masuk dan memastikan bahwa Tara baik-baik saja.

Vira yang melihat Tara sedang terbaring lemah, ia langsung menghampirinya. “Tar, bangun… Tara!” Vira mencoba membangunkan Tara dengan cara menggoyang-goyangkan tubuh Tara.

“Tar… ini aku… bangun.” Namun hasilnya sama saja, Tara belum juga bangun.

“Ada yang punya minyak—“ tanpa basa-basi, Septi langsung mengeluarkan minyak kayu putih dari dalam tasnya dan memberikan pada Vira. “Nih kak..” kata Septi.

Zavira mendekatkan minyak kayu putih yang diberikan oleh Septi ke hidung Tara. Tak perlu waktu lama, tangan Tara mulai bergerak dan matanya secara perlahan terbuka.

Alhamdulillah

Akhirnya kak Tara sadar juga.

Zavira membangunkan Tara secara perlahan dan duduk di samping Tara. “Kok kamu kesini?” Zavira menatap tajam Tara dengan matanya, setelah mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut sang pacar.

“Kamu pingsan, masa aku diem aja?! Lagian kan udah dibilang, jangan kecapean.” Tara yang males berdebat, akhirnya ia memutuskan menyenderkan kepalanya di pundak Vira.

“Ayok pulang.” Lanjut Vira.

“Aku belum selesai ngajar, Ra.”

“Ga, kamu tadi habis pingsan. Masih mau ngelanjutin ngajar? Kalo kamu kenapa-napa aku gak mau tanggung jawab, ya.”

“Tara, bukan Arga.” Tara paling males kalo Vira sudah memarahi dirinya. Sebab, pastinya Vira akan memanggilnya dengan sebutan Arga.

“Yauda kalo gak mau dipanggil Arga, nurut.” Tara menghela napas, ia menuruti apa kata sang pacar.

Tara membereskan barang-barangnya, tak lupa dirinya berpamitan pada murid yang diajar olehnya. “Sampai sini dulu latihannya. Semangat. Kakak pulang dulu..” Tara menggandeng Vira menuju keluar dan disusul oleh Jiano dibelakang.