You Okay, Bi?

“Lo lama amat si, ngapain?” Tanya Deanno.

“Ngaca lah, udah ganteng apa belom, hahaha.”

“Sama aja gila nya kaya Tyo.”

Kini mereka berdua meninggalkan lingkungan rumah Bian.


“Akhirnya nyampe juga… mau langsung naik apa istirahat dulu?” Kata Winatra kini bersemangat untuk segera menanjak puncak.

“Lo pada naek duluan deh, gue nanti belakangan…” Bian sebenarnya enggan untuk naik, karena diri nya tau nanti nya bakal drop dan bikin teman-teman nya khawatir. Namun, Bian harus terlihat sehat di depan teman-teman nya.

“Gue juga bareng Bian aja. Gue masih cape, ya, anjir!” Ungkap Deanno yang terlihat lemas.

Pada akhirnya, Tyo dan Winatra naik terlebih dahulu dan meninggalkan Dean bersama Bian.

“Ndra, muka lo pucet. Lo cape, ya? Mau balik aja?” Bian yang mendengar perkataan Dean tersebut, ia langsung bergegas menjauh dari Deanno agar temannya itu tak curiga.

“HEH MAU KEMANA LO!!” Teriak Deanno.

Setelah dirasa diri nya sudah tidak picat, Bian menghampiri Dean kembali. “Apaan? Tadi gue ngambil barang bentar di mobil.” Kata Bian yang sedang berbohong.

“Yauda ayok baik. Udah gak capekan?”

“Engga.”

Bian dan Deanno kini mulai menyusul Typ dan Winatra yang sudah cukup jauh. “Pelan-pelan.” Ucap Deanno.

Namun, tiba-tiba di pertengahan jalan, darah mengalir begitu saja lewat idung Bian. “You okay, Bi?” Tanya Deanno yang memastikan bahwa teman nya itu tidak apa-apa.

“Okay. Ayok lanjutin, nanti Tyo sama Winatra nunggu di atas.” Namun, Deanno menggeleng. “Turun aja yuk? Apa lo mau pulang? Lo sakit?” Bujuk Deanno.

“Gue gak sakit, cuma kecapean.”

“Yauda gue telpon tyo dulu bentar.” Bian mengangguk, “ayok kita turun dulu deh.” Ajak Deanno pada Bian.