qianwoole11xd

Mereka akhirnya tiba kembali di Hotel setelah membuat kerajinan dari tanah liat. “Aku mandi dulu ya, Hee” ucapnya. Namun, tangan Jake ditahan oleh Heeseung. “Kenapa? Tanyanya.

“Duduk dulu deh dipangkuan aku” Jake menuruti permintaan Heeseung, “kamu cantik banget. Makasih ya udah mau nerima aku jadi suami kamu. Aku beneran bersyukur punya kamu.. nanti kalo kita punya anak, aku mau dipanggil apah dan kamu apih. Aku janji gaakan bikin kamu kecewa, Jake. I love you.” Heeseung mencium singkat bibir Jake. Yang dicium justru tersenyum.

“I love you too apah” Jake segera bangun dari pangkuan Heeseung untuk membersihkan dirinya.

Setelah membersihkan dirinya sekitar 20 menit, Jake keluar dari kamar mandi. “Wangi amat si.. suami siapa ini??” Gombal Heeseung yang berhasil bikin pipi Jake memerah.

“Apasi! Mending kamu mandi.” Bukannya menuruti perkataan Jake, justru ia memeluk Jake dengan erat.

“I love you YEYUN~”

“Iyaaa hee i love you too!!! Lepasin! Aku sesek nih..” Hee melepaskan pelukannya, dan tiba-tiba..

cup

“Ayok, Jake.” Ajak Hee.

“Aku baru mandi.. masa nanti subuh mandi lagi”

“Gapapa. Mandi bareng”

Jake saat ini hanya bisa pasrah. Biar gimanapun, Heeseung dan juga dirinya sudah menjadi pasangan sah. Jadi, tidak seperti waktu itu. Sebenarnya kejadian malam itu tidak sengaja, walaupun Heeseung dalam keadaan setengah sadar akibat mabuk, tetapi Heeseung tidak kebablasan.

“Hee, aku siap digempur kamu lagi kayak waktu itu. Tapi sekarang, versi kamu sadar.” Heeseung tersenyum mendengar ucapan yang keluar dari mulut Jake.

“Aku mainnya pelan-pelan, ya? Biar kamu gakesakitan kayak waktu itu.”

“Kasar juga gapapa. Aku suka Hee~” Sungguh, Yeyun nya saat ini benar-benar mode Jake.

Heeseung mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Jake. Jake memejamkan matanya dan membiarkan Heeseung yang memulai.

Heeseung mencium bibir Jake, abis itu melumatnya. Tak lupa, ia meminta Jake untuk membuka mulutnya agar ia lebih leluasa menjelajah area dalamnya.

“Hmmphhh” satu lenguhan berhasil keluar dari mulut Jake.

Dirinya terus menjelajahi area rongga mulut Jake, dan membiarkan mereka berdua saling bertukar saliva.

Dirasa sudah keabisan oksigen, Jake meminta agar Heeseung berhenti sebentar. “Maaf, maaf..” ucap Hee.

“Gapapa.. aku cuma sesek aja. Padahal baru awal, ternyata kamu beneran main kasar” Heeseung tertawa mendengarnya.

“Kan kamu sendiri yang minta kasar.. gaboleh disia-siain. Apalagi kamu abis mandi. Wangi banget berasa nyium bidadari~”

“Yuk” Ajak Jake yang ingin meminta permainan malam ini dilanjut.

“Gapapa?” Jake mengangguk. “Kan Ayah kamu minta oleh-oleh cucu, jadi yauda kita lanjutin sampe jadi.” Ucapnya.

“Kamu tau darimana?”

“Aku gasengaja baca di handphone kamu”

“Hehehe. Yauda, yauda, ini mau mulai darimana?” Tanya Hee kepada Jake.

“Terserah.. mau langsung masuk boleh, pelan-pelan juga boleh”

Heeseung terkekeh mendengar perkataan yang baru saja keluar dari mulut suaminya, “lucu banget si” ucapnya.

“Aku buka baju dulu, yaa”

“Lagian kenapa make baju di dalem kamar mandi si? Kayak sama siapa aja”

“Malu..”

“Kan aku udah pernah ngeliat tubuh kamu sebelumnya”

“Maaf..”

“Udah ah ayok lanjut”

Kini Jake mendekatkan dirinya terlebih dahulu, dan berbisik di dekat telinga Heeseung. “Ayok kita bikin HeeJake junior” jujur.. Heeseung merinding. Tapi, ia sudah tak sabar ingin memakan suaminya yang cantik ini.

Heeseung dengan kasar mencium, bahkan meremas dada Jake hingga Jake terjatuh ke kasur. “Eunghhhh”

Tubuhnya saat ini berada dibawah, sedangkan Heeseung berada di atasnya. Heeseung yang tadinya bermain di area mulutnya, kini berpindah ke dada milik Jake. Ia menghisap payudara milik Jake dengan kuat seperti bayik yang sedang kehausan. “Ahhhh pelanh pelanh heehh” Sakit, tapi nikmat. Itu yang Jake rasakan malam ini.

Heeseung terus menghisap dada sebelah kanan, sedangkan tangannya yang satu memilin puting sebelah kiri Jake. Jake benar-benar seperti sedang menyusui anak bayik yang kehausan.

Setelah adegan memilin, tangan Heeseung berpindah kebawah, dan mulai memasukkan jarinya secara perlahan.

“Arghhhh sakithhh”

Heeseung yang mendengarnya, ia kembali mengeluarkan jarinya. “Maaf, maaf”

“Gapapa~ lanjutin, Hee.” Pinta Jake.

Heeseung kembali memasukkan jarinya, satu jari, hingga dua jari ke dalam lubang milik Jake. Ia terus keluar masuk kan jarinya di dalam.

“Ahhh ahhh heeseunghhh~ akuhhh mau keluar arhhhhh”

“Jangan keluar, sebelum aku masukin kontol aku.”

Heeseung kini membuka resleting celanya, dan memperlihatkan penisnya yang kini sudah menegang. Tak lupa, ia beri pelumas ke penisnya agar Jake tidak kembali kesakitan. “Aku masukin ya, Jake?” Yang ditanya mengangguk.

“Nggghhhh.. punya kamu gede bangethhh”

Jake mengigit bibirnya saat Heeseung mulai menghentakan tubuhnya. “Ahh ahh~ terushh mashh”

Heeseung melebarkan kedua kaki Jake agar mempermudah dirinya untuk menggenjot sang suami.

“Ughh.. ughh.. enak bangethh mashh” genjotan demi genjotan yang Heeseung lakukan saat ini, bahkan kecepatannya semakin meningkat, Jake rasakan. Tak lupa Heeseung menjilati bahkan menghisap area lehernya hingga meninggalkan jejak yang sangat indah.

Ia yang melihat wajah Jake seperti sedang menikmati permainannya, ia terus menambah tempo kecepatan.

*PLOK..

*PLOK..

*PLOK..

“Heee pelanh-pelanhh~ nanti kedengeran tamu hotel yang lainhhh” Heeseung tak mendengarnya, justru ia saat ini fokus menggenjot sang cantik.

“Kamu cantikh bangethhh Yeyunhhh~ milik akuhhhh” Hee terus menggenjot dengan keras, hingga membuat Jake kewalahan.

“Banghhh stophhh~ akuhhhh mauuh keluarhh” Hee akhirnya mengeluarkan penisnya dari lubang cantik milik Jake.

“Udah?” Jake mengangguk.

“Mau main lagih…” rengek Jake.

“Okeoke. Sekarang nungging!”

Jake menuruti permintaan Heeseung dan membiarkan pantatnya terlihat oleh suaminya. “Cantik” ucap Heeseung.

*PLAK

*PLAK

Heeseung memukul bongkahan pantat milik Jake terlebih dahulu, sebelum kembali memasukkan penisnya.

“EUNGHHH ABANGHHH”

Permainan kembali berlanjut, Heeseung kini bermain dengan lembut tidak seperti awal. Tetapi, rambut Jake dijambak oleh Heeseung agar memperlihatkan wajah cantiknya. “Akuh mauhh liatthh wajahh kamuuh kalo lagi sangee”

Heeseung menghentakkan pinggulnya agar penisnya masuk lebih dalam. “akhh heeseunghh~ nikmathhh” ucap Jake yang saat ini benar-benar tak ingin berhenti bermain.

Satu hentakan

Dua hentakan

Hingga tiga hentakan, sebelum mencabut penisnya, Heeseung mengeluarkan cairan sperma miliknya ke dalam lubang Jake. “Ahhhhh selesaihhh” Jake benar-benar lemas digempur abis-abisan oleh suaminya itu.

“Makasih, sayangkuh” ucap Hee yang menciub kening Jake.

Setelah mendapatkan lokasi yang diberikan oleh Enchae, Dokyeom langsunh pergi begitu saja meninggalkan Jun, dan anak-anak kantor. “Lu mau kemana??” Tanya Jun.

“Jemput keluarga gue” ucapnya yang sambil berlari.

Dokyeom tiba di parkiran mobil, dan keluar parkiran untuk menuju tempat yang sudah diberitahu.

Sementara itu, Joshua, Enchae, dan juga Heeseung, kebingungan harus kemana lagi. “Ini kemana lagi pih?” Tanya Heeseung.

“Papih juga gatau.. soalnya tadi satpam udah nanyain papih terus..”

“Ohiya, ayah ngechat tadi di hp papih. Kayaknya ayah beneran panik..”

“Pih, tadi adek juga di chat sama ayah, terus adek bagikan lokasi..” Joshua dan Heeseung hanya bisa tersenyum melihat tingkah Enchae.

“Lu ngapain kasih tau adek..” kata Heeseung yang sudah capek dengan tingkah polos adeknya itu.

“Ihh kan biar ayah kesini, terus kita bilang prankkkk

“Pinter kamu, Dek. Sekarang, papih mau ngumpet dulu. Kalo Ayah nyadar mobil kita, kamu bilang aja, papih udah pulang duluan naik taksi.” Kedua anak nya kini mengangguk, “baik pih.” Kata Heeseung.

Dokyeom pun tiba di Rumah Sakit yang sesuai lokasi, ia memarkirkan mobilnya dan masuk ke dalam lobby. Ia menuju ke tempat satpam terlebih dahulu, “misi pak, saya mau tanya, kalo ruangan buat operasi plastik itu dimana, ya?” Tanyanya.

“Bapak naik ke lantai 2, nanti ruangannya ada di sebelah kanan.”

“Terimakasih, pak.” Dokyeom pergi menuju lantai 2 untuk bertemu dengan Joshua yang sedang melakukan operasi plastik.

Sementara yang dicari, ia justru terus mondar-mandir di dalam lobby untuk menghindari bertemu suaminya. “Jangan sampe ketemu ayah” ucapnya.

Joshua menaiki lift untuk menghindar suaminya saat ini. Saat tiba di lantai 2, Joshua justru melihat seseorang yang tak asing, ia seperti melihat Dokyeom saat ini. “Mampus.. itu ayah kan?” Batinnya. Ia kembali memasuki lift yang belum sempat tertutup rapat.

Dokyeom yang menyadari ada seseorang memasuki lift, ia segera mengikutinya.

Joshua keluar dari lift dan berpura-pura bertanya satu hal kepada pak satpam. “Mas, mas ngapain bolak balik terus?” Tanya pak satpam.

“Diem pak. Saya lagi ngeprank suam—“ bahu Joshua tiba-tiba ditepuk oleh seseorang.

“Halo sayang” itu Dokyeom. Rupanya yang menepuk bahunya saat ini suaminya sendiri. “Maaf, pak. Dia suami saya, emang suka gitu iseng.. untung lucu. Makasih ya pak udah dijagain” pak satpam hanya bisa tertawa melihat tingkah keduanya.

“Hehehe mamas.. tapi aku beneran mau operasi plastik kok.” Ucapnya yang sambil senyum-senyum karna gagal ngeprank suaminya kembali.

“Gaada, ya, chu! Aku gasuka kamu operasi plastik. Muka kamu udah cantik, seksi gitu apa yang mau diubah?”

“Pelit!”

“Kamu kesini sama anak-anak kan?” Joshua mengangguk. “Pada dimana?” Lanjutnya.

“Di parkiran, mas.”

Kini Joshua dan Dokyeom menuju ke tempat mobil dimana Heeseung, dan Enchae berada.

Dokyeom membuka pintu mobil, “abang, kamu sama adek, ya? Papih kamu sama ayah.” Heeseung mengangguk. Ia tahu betul kalau rencana papihnya saat ini gagal.

Dokyeom menggandeng tangan Joshua untuk ikut ke dalam mobilnya. “Ihhh aku mau sama anak-anak!” Ucap Joshua yang saat ini sedang kesal.

“Kamu ikut mas. Mas mau hukum kamu! Soalnya udah ngeprank mas”

“Kok?? Kemarin kamu gak aku hukum tuh????”

“Aku tidur di ruang tamu, itu yang kamu bilang gak ngehukum aku?” Joshua menggaruk kepalanya, “hehehe. Yauda sekarang mau kemana?” Tanya Joshua.

“Hotel. Soal baju, nanti aku suruh bi Nanda kirim make ojek”

“Mas???”

“Yah, udahan ah ngeprank papihnya.. Hee takut.” Ucap Heeseung yang saat ini benar-benar takut dengan rencana prank yang dibuat oleh ayahnya.

“Ayah juga takut..”

“Lagian si! Yauda ayok pulang. Hee udah selesai bilas juga” ajak Hee untuk segera pulang.

Kini mereka berdua sudah menuju ke rumah untuk meminta maaf kepada Joshua.

“Ini serius Hee kita udahin aja?” Hee mengangguk. “Iya. Hee takut, Ayah.. kasihan papih. Pasti udah nangis” balas Hee.

Sesampainya dirumah, Dokyeom melihat suaminya tengah duduk di ruang tamu bersama anak kedua mereka. “Hikss.. abang… abang ninggalin kita, dek… hikss hiksss…” Dokyeom yang mendengar tangisan Joshua, ia semakin panik.

“Bang, papih nangis..”

“TUHKAN! Hee bilang apa Ayah…”

Mereka berdua sangat ketakutan saat ini. Bahkan Dokyeom yang tadi sudah masuk, ia keluar lagi. Begitu juga dengan Heeseung, ia tak berani masuk karna takut diomelin papihnya.

Enchae yang mendengar seperti ada orang diluar, ia segera menghampirinya. “Pih, adek keluar dulu yaa” ucap Enchae.

Benar saja, diluar ada Ayah dan juga abangnya. “DOR”

“ANJING” Abang sontak terkejut dengan kelakuan adiknya saat ini. “Ngapain si kamu?” Tanyanya.

“Ya abang sama Ayah ngapain? Mana make bisik-bisik lagi. Tuh papih di dalem nangis, katanya abang ninggalin papih. Pasti rencana kalian berdua, ya?” Heeseung menunjuk Ayahnya yang saat ini berada di sampingnya, “enak aja. Ayah tuh! Abang cuma ikutan aja..” jawabnya.

“Tapi kamu setuju! Kok jadi Ayah yang dituduh?”

“Orang Ayah yang mu—“ tiba-tiba papih keluar setelah mendengar keributan diluar.

“STOP! Kalian nih apa-apaansi?” Kini mereka semua menunduk. “Loh abang?” Lanjut Joshua.

Heeseung segera memeluk sang papih, “PAPIH.. maafin abang.. ini semua salah ayah! Abang cuma ikut-ikutan aja..” Joshua tak menjawabnya, justru ia membalas pelukan sang anak.

“Abang.. jangan kayak gitu lagi, ya? Papih beneran sedih.. papih takut abang beneran ninggalin papih selamanya…” Joshua masih menangis dipelukan sang anak. Sementara Ayah juga masih menunduk. Ia sudah tahu bahwa dirinya malam ini bakal dihukum tidur di ruang tamu.

Joshua melepaskan pelukannya, “abang, abang tidur kamar papih, ya? Sama adek juga.” Enchae sontak melirik ke arah ayah.

“Ayah?”

“Tidur ruang tamu. Abisnya udah bikin papih nangis.”

“Chu.. mas minta maaf..”

“Besok aja, sekarang udah close sesi minta maafnya.”

Joshua, Heeseung, dan juga Enchae naik ke kamar milik Dokyeom, dan dirinya. Sementara Dokyeom hanya mengikuti nya dari belakang. “Kamu ngapain?” Tanya Joshua.

“Mau ambil bantal”

“Ambil dikamar abang. Oh, iya, sama tolong ambilin bantal di kamar adek, buat adek tidur di kamar.” Dokyeom hanya menuruti permintaan suaminya, daripada nambah masalah.

“Abang, yuk kita berangkat” ucap Joshua yang kini sudah rapih.

“Okee, papih.”

Kini keluarga Seoksoo tengah menuju Rumah Sakit tempat Bunda nya Jake di rawat.

Sesampainya di Rumah Sakit, suasananya cukup hening. Heeseung sangat khawatir dengan keadaan calon mertuanya itu. “Bunda sakit apa?” Tanyanya.

“Kanker paru-paru, Hee. Udah stadium empat. Itu juga aku baru tau tadi.. Bunda selama ini nahan sakit sendirian ya, Hee? Aku gagal jadi anak buat Bunda.. aku ganganterin Bunda ke Rumah Sakit buat kemo, aku ngebiarin Bunda nahan sakitnya sendiri, Hee.. aku gagal, Hee..” Heeseung yang mendengar suara Jake yang sudah bergetar, ia segera memeluknya untuk menenangkan.

“Hey.. kamu gak gagal, kok. Kamu anak yang hebat, Yeyun. Bunda pasti bangga sama kamu. Kita doain aja, ya, semoga bunda cepet sembuh.” Jake masih menangis dipelukan Heeseung. Sedangkan Ayah dan Papih yang melihatnya sangat bangga. Karena sekarang anak pertamanya itu bisa dipercaya.

“Mas.. abang udah gede, ya? Aku ganyangka.. padahal dulu abang masih kecil, masih kamu gendong-gendong. Sekarang, dia udah mau nikah, mas..” Dokyeom juga ikutan memeluk sang suami.

Adegan pelukan itu cukup lama, hingga mereka tak sadar bahwa Bunda nya Jake sudah sadar. “J-Jake…” ucap Bundanya yang terbata-bata.

“Bun” Jake mendekat. “Bun, ini Ayahnya Hee, dan itu papihnya Hee.” Dokyeom dan Joshua tersenyum kepadanya.

“Heeseung mana, Jake?”

Heeseung yang mendengar namanya dipanggil, ia segera mendekat, “Hee disini, Bun.” Ucapnya.

“Nak, Bunda titip Jake sama kamu, ya? Jangan kecewain dia. Bunda udah percaya sama kamu. Kalo semisal Bunda gabisa ngelihat kalian menikah, jangan sedih. Bunda tetep ngelihat dari atas.. Hee, tolong janji sama Bunda, janji kalau kamu akan terus sayang sama Jake selamanya. Jake cuma punya kamu nantinya.. umur Bunda cukup sampai sini, Hee. Tolong kalo sudah menikah, dan punya anak, beri nama anak kalian dengan nama Keenan. Bunda restuin hubungan kalian. Gausah pakai lamar-lamaran, Bunda mau kalian langsung nikah. Bunda gamau Jake kesepian nantinya. Bun-bunda mau tidur du—dulu…”

Tiba-tiba suara mesin yang bernama Elektrokardiogram berbunyi dan memperlihatkan garis lurus. Dokyeom langsung bergegas mencari dokter Rumah Sakit untuk mengecek keadaan Bunda nya Jake.

Dokter pun masuk, “mohon maaf, semuanya bisa keluar dulu.” Kata Dokter.

Jake terus menangis di pelukan Heeseung. “Hee.. Bunda gapapakan? Bunda cuma tidur kan? Itu suara mesinnya eror kan? Iyakan?” Heeseung tak berani bersuara, ia membiarkan sang pacar menangis.

Dokter pun keluar, “Mohon maaf, kita sudah berusaha semaksimal mungkin. Tetapi, bu Yanti tidak bisa kami selamatkan. Saya pergi dulu.” Jake langsung masuk begitu saja dan memeluk sang Bunda.

“BUNDAAAAAAA!!!! BUN BANGUN BUN!!! Jake gabisa hidup tanpa Bunda.. Bun… Papah udah ninggalin Jake, Bunda juga mau ninggalin Jake? Bunda tega ngeliat Jake sendirian di dunia ini? Bun..” Heeseung berusaha menarik Jake dari dekapan Bundanya.

“HEE BUNDA HEE!! Itu bunda mau ditutup, Hee.. nanti Bunda gabisa napas. Hee..” Jake terus menangis melihat Bunda nya yang udah ditutup wajahnya dengan kain Rumah Sakit.

Dokyeom yang melihat sang anak kewalahan menghadapi Jake, kini ia menyuruh Heeseung mundur. “Hee, biar ayah aja.” Ucapnya.

“Jake, sini peluk Ayah.” Jake menurut, ia memeluk Dokyeom dengan sangat erat seperti ia memeluk Ayahnya sendiri. “Jake, kamu gasendirian.. masih ada Ayah, papih, adek, dan juga abang. Bunda kamu udah bahagia disana, Jake. Biarin Bunda tenang, ya? Jake gaboleh nangis.. nanti Bunda malah nangis disana. Jake kuat kan? Jake anak kuat. Lusa kamu nikah sama Hee, ya? Sesuai permintaan Bunda kamu, yang gamau ada lamar-lamaran. Jadi nanti langsung nikah, ya sayang..” Joshua, dan juga Heeseung ikut memeluk Jake. Kini ruangan Rumah Sakit penuh tangisan dari mereka yang berduka.

Kini Enchae dan juga Ayah tiba di tempat Joshua, Heeseung, dan juga Arshil berada. “Chu” sapa Ayah.

“Eh mamas.. abis belanja apa sama adek?” Tanya Joshua.

“Gasempet. Si adek udah keburu bete duluan..” Saat ini Enchae masih terus cemberut sambil memperhatikan Arshil yang tengah asik makan ice cream.

“Dek, kenalin ini namanya Arshil” Enchae tidak menjawab. Ia justru semakin intens melihat Arshil.

“Gaboleh gitu sama Arshil.. dia ini kayaknya ketinggalan sama bapak dan juga papa nya.” Ucap Joshua.

“Tapikan dia deket-deket papih. Papih jadinya gasayang lagi sama adek!”

“Adek~ gaboleh gitu, ya sama Arshil.. kasian loh dia ketinggal bapak sama papa nya.” Kata Ayah yang berusaha menenangkan anak kedua nya.

“Lagian kok bisa dia narik papih gitu aja?? Emang dia gatau apa kalo papih tuh papihnya Enchae. Bukan Papa nya Arshil.”

“Dia tadi tiba-tiba narik papih, dek.. ngajak ketukang ice cream. Yauda papih turutin aja daripada nangis. Dan tadi abang juga curiga kalo ni anak ketinggalan sama kedua orang tuanya. Kita tungguin sampai bapak, sama papa nya dateng ngejemput, ya?” Joshua berusaha menjelaskan apa yang terjadi dengan Arshil yang bisa bertemu dengan nya.

Enchae mengangguk dan berusaha mengerti. Bagaimana pun juga Arshil masih kecil. Kalo dibiarkan begitu saja justru bahaya. “Yauda deh, pih. Tapi jangan lama-lama, loh yaa!” Joshua mengangguk.

Tak butuh waktu lama, hanya sekitar 30 menit keluarga Jichu menunggu, tiba-tiba Heeseung mendengar ada seorang lelaki yang mencari anaknya yang bernama Harshil. Heeseung mendekati lelaki tersebut, “halo, om. Om nyari Arshil?” Yang ditanya mengangguk. “Ikut aku, om. Arshil ada sama papih aku.” Heeseung menarik lengan pria tersebut untuk bertemu dengan anaknya.

“HARSHIL” sapa Dika bapak dari anak tersebut.

“Bapak!” Arshil memeluk Dika dengan erat. Seperti tidak bertemu berbulan-bulan. “Kamu kemana aja, sayang.. bapak sama papa cariin.. maafin bapak, ya, nak? Maafin bapak karna ninggalin kamu..” Dika terus menciumi wajah sang anak.

Sedangkan Joshua tengah berterima kasih kepada Jichu karna sudah menjaga anaknya. “Terimakasih, mas, sudah menjaga anakku. Ini semua salah aku dan juga suami aku yang ninggalin Arshil.” Jichu mengangguk, “sama-sama. Kenalin aku Jisoo. Kamu bisa manggil aku, Jichu. Ini anak pertama aku,” Jichu menunjuk Hee, “dan ini anak kedua aku, Enchae.” Enchae mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan papa dari Arshil.

“Cantik. Kayak kamu, Chu.” Jichu tersipu malu karna dipuji dengan papa nya Arshil. “Kamu lebih cantik, Joshua.” Ucapnya.

“Ashil, ayok bilang apa sama papih Jichu” kata Joshua kepada Ashil.

“Telima kasih, iyaaa papih~ ashil pulang dulu sama papa. Dadah kak Enchae, dan abang Heeseung..” Ashil kini berpamitan dengan Hee, Enchae, dan juga Ayah.

“Dadahhh bocil~ jangan salah gandeng papih lagi!” Kata Enchae yang mengelus kepala Ashil.

“Dadah, cil. Semoga kita ketemu lagi, ya~” kini Ashil benar-benar meninggalkan keluarga Jichu untuk pulang kerumahnya.

“Tadi Ashil lucu banget, ya mas.. gemes deh.” Kata Papih yang masih terus ngebayangin tingkah Ashil.

“APASI PAPIH! Udah stop bahas bocil itu!!”

Cw // bxb, 🔞 mdni

Jake yang mendapati kabar bahwa sang kekasih sudah mabuk berat, ia segera meluncur ke tempat yang sudah diberitahu.

“Bun, nanti Hee mau nginep sini. Bunda kalo udah ngantuk, tidur aja, ya.. Jake jemput Hee dulu.” Ucap Jake.

“Loh? Biasanya Hee yang langsung kesini.”

“Iyaa bun, motor Hee lagi rusak, mobilnya juga lagi dipake ayahnya. Jake berangkat dulu, Bun.” Jake pergi setelah berpamitan dengan sang Ibunda.

Sesampainya Jake di tempat tersebut, ia langsung masuk untuk mencari Heeseung. Tak lama ia memasuki tempat, dirinya akhirnya bertemu dengan Heeseung yang sudah di rangkul dengan Beomgyu.

“Pacar lu nih, mabuk berat. Katanya gara-gara lu photoshoot sama Sunghoon.”

Dugaannya ternyata benar, kalau sang pacar pergi ke club karena dirinya.

“Makasih, Gyu. Gue pamit duluan ya sama Hee.” Beomgyu dan yang lain mengangguk. “Hati-hati.” Ucap Beomgyu

Kini Jake dan Heeseung berada di dalam mobil milik Jake. Ia segera menancapkan gas menuju kerumahnya. “Hee, kamu ini kenapa si? Aku padahal cuma begitu doang.. lagian Hoon juga naksir sama Sunoo, bukan aku.” Ucapnya walaupun sang pacar setengah sadar.

“Kamuuh udah gasayang akuhh, Jakeei~”

“Aku masih sayang sama kamu, Hee. Sayang banget. Aku gabakal pergi dari kamu. Kecuali takdir yang misahin kita, Hee.”

Heeseung kini tertidur pulas di dalam mobil Jake. “Kamu pasti capek, ya, Hee? Lagian sok-sokan mabuk.” Jake terkekeh dengan tingkah pacarnya yang seperti bocil ini.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu jam, kini Jake tiba dirumahnya. Mang Adi membukakan pintu gerbang, “makasih mang.” Ucap Jake.

Jake memarkirkan mobilnya di garasi belakang rumahnya. “Hee, bangun, Hee..” Ia terus berusaha membangunkan Heeseung.

“Eungg~ Yeyun?” Penglihatan Heeseung masih samar-samar. Sebab ia menghabiskan empat botol alkohol sendirian.

“Iyaa, aku Yeyun. Ayok bangun! Lanjutin tidurnya di kamar aku aja.” Pinta Jake. Tetapi, Heeseung menggeleng.

“Kenapaa?”

“Gamau.. mau disini sama kamu.” Tiba-tiba tubuh Jake di tarik kedalam pelukan Heeseung. Saat ini mereka berdua masih berada di dalam mobil yang sudah terparkir.

“Hee.. pindah di dalem, aja, yuk?” Heeseung tetep menggeleng.

“Gamau, Yeyun~ mau disini!”

“Yauda iyaa..”

“Yeyun, i love u.”

“I love u too, Hee.”

“I love u”

“Iyaa Hee. Ayok mas—“ belom sempet melanjutkan, bibir Jake tiba-tiba dicium oleh Heeseung.

cup

“Di dalem, aja yuk?” Lagi-lagi Heeseung menggeleng.

“Gamauu Yeyun..”

Sungguh, tingkah Heeseung malam ini sangat seperti bayik. Jake harus sabar dengan menghadapinya.

“Nanti aku kasih lebih.”

“Hmm”

Setelah Heeseung menuruti permintaannya, Jake menuntun sang kekasih untuk memasuki rumahnya.

“Bunda mana ya yeyun?” Tanya Hee.

“Udah tidur.”

“Yahh..”

Mereka berdua segera memasuki kamar Jake yang berada di lantai dua.

“Hee, kamu mandi dulu, gih. Nanti make baju aku dulu~ kamu udah sadarkan? Maksud aku, udah gamabuk kan?” Hee mengangguk.

“Mandi bareng..”

“Aku udah mandi. Kamu aja.. bau alkohol tuh.”

Heeseung menunduk. Ia merasa kalau Jake saat ini sudah tidak sayang kepada nya. “Kamu beneran udah gasayang, ya?”

“Ya Tuhan.. iya-iya. Kita mandi bareng! Kamu dulu yang masuk.” Jake hanya bisa pasrah dengan Heeseung malam ini. Pintu kamar sudah ia kunci. Takut tiba-tiba ada yang masuk saat ia melakukan hal tidak senonoh nantinya.

“YEYUN~” teriak Heeseung dari dalam kamar mandi.

“Iyaaa sabar!! Aku beresin kasur dulu.”

“Gausah! Cepet masuk, Yeyun!”

kenapa si gabisa banget sabaran.. ucap Jake dalam hati.

Jake memasuki kamar mandi, dan ia terkejut dengan Heeseung yang sudah tidak memakai apa apa. Sepertinya Hee sudah menunggu dirinya di dalam bathtup “Ya Tuhan..” ucapnya sambil menutup mata.

“Kenapaa?? Sini mandi, Yeyun”

“Maluu..”

“Kenapa? Kamu dipegang-pegang sama Hoon gamalu tuh. Kenapa sama aku malu?”

“Kamu masih marah, ya?”

“Engga”

“Maaf, yaa..”

“Mau dimaafin?” Jake mengangguk. “Ciuman dulu.” Jake menghela napasnya. Entah setan apa yang merasuki pacarnya saat ini, ia juga tak tahu.

“Iyaa ciuman.” Jake perlahan mulai masuk ke dalam bathtup bersama dengan Hee yang sudah lebih awal berada di sana.

“Coba minta maaf depan aku”

“Aku minta maaf ya Hee, soal aku photoshoot sama Sunghoon. Maaf kalo gabilang kamu dulu.. soal Hoon yang kata kamu modus, salah, Hee. Dia naksir Sunoo, bukan aku. Kita beneran cuma temen doang.. kan kamu tau sendiri… udah ya bayiknya Yeyun jangan marah.. Ayah kamu tadi ngechat aku, soalnya om Wonu ngasih tau ke Ayah tentang postingan kamu yang mabuk itu. Terus aku bilang aja aman yah jangan gitu lagi, ya? Aku jadi ngerasa bersalah banget..” Jake menundukkan kepalanya, dan menahan air matanya.

“Hey, jangan nangis.. liat aku,” Jake menatap Heeseung. “Aku juga minta maaf ya, karna terlalu posesif.. dan aku juga minta maaf karna langsung pergi ke club gitu aja.” Jake mengangguk.

“Iyaa dimaafin..”

“Boleh?” Jake bingung, “boleh apa?” Tanyanya pada Hee.

“Cium” Jake mengangguk.

Kini jarak antara wajah mereka semakin dekat, Jake memejamkan matanya dan merasakan bibir lembut milik Heeseung sudah menyentuh bibirnya. Heeseung berusaha masuk untuk menjelajahi area dalam mulut Jake. Jake yang merasakan, ia membuka mulutnya agar Heeseung lebih leluasa di dalam. “Hmmmh” satu lenguhan berhasil keluar dari mulut Jake.

Tangan Heeseung meneken tengkuk leher Jake untuk memperdalam ciumannya.

“Ahhh… Hee… mhmmmhhh”

Heeseung melepaskan lumatannya dan beralih ke leher putih milik Jake.

“Heeseunghhh ahhhh” Jake merasakan geli bercampur nikmat saat ini.

Heeseung mulai turun ke area dada bidang milik Jake, “nen, ya?” Jake mengangguk. Ia benar-benar pasrah malam ini.

Mulut Heeseung terus mengulumi pentil sebelah kanan milik Jake. Sedangkan tangan kirinya memilin pentil satunya. “Nggghhh.. Heehh geliihhhhh~”

Heeseung melepaskan agenda nenen tersebut. “Kulum kontol aku.” Jake mengangguk.

Slurrrppp Slurrrppp

“Engghhhh Yeyunhhh”

“Mau keluarhhhh” Heeseung mengeluarkan cairan sperma nya ke muka Jake. “Cantik.” Ucapnya.

“Pindah kasur, yuk?” Ajak Hee, dan lagi-lagi dibalas anggukan.

“Ngangkang!”

Jake kini sudah dalam posisi ngangkang sesuai perintah sang kekasih. “Cantik banget lubang kamu, Jake~”

“Masukin, Hee!! Cepethhh!!”

Heeseung meludahi kontolnya terlebih dahulu, agar tidak menyakiti pacarnya. Dan kini dirinya perlahan mulai memasuki kontolnya ke lubang milik Jake.

“Sempithh bangethh”

“ARGHHHH HEESEUNG!”

“Maaf, maaf.. sakit, ya?” Jake mengangguk. Dirinya kini mengeluarkan airmata. “Kalo sakit, gausah, ya?” Ucap Hee.

“Gamau.. lanjutin.”

“Oke. Aku pelan-pelan, yaa..”

Hentakan demi hentakan terdengar jelas di dalam kamar Jake. Bahkan desahan Jake sangat amat keras. Heeseung takut nantinya terdengar oleh bunda nya Jake.

Tw // pelecehan⚠️

Heeseung segera menancapkan gas mobilnya untuk segera menuju ke sekolahan adik nya itu.

Tin tin tin

Lampu merah di perempatan lumayan cukup lama, sehingga membuat Heeseung ingin segera cepat sampai. “LAMA AMAT ANJING!” umpatnya di dalam mobil.

Setelah lampu merah sudah berganti dengan lampu hijau, ia melanjutkan perjalanannya. Tak lama, dirinya tiba di tempat adik nya sekolah. Heeseung memarkirkan mobilnya di parkiran dan segera turun.

Dirinya terus mencoba menghubungi ponsel adiknya, namun tak ada jawaban. Heeseung mencoba ke kantin yang berada di belakang sekolah, tetap saja tidak ada sang adik.

Ia melihat anak-anak tengah berkumpul di depan ruang kepala sekolah. “Misi, misi. Ada apaa, ya?” Tanya Hee terhadap salah satu siswa.

“Itu bang tadi anak kelas 11 di lecehin di gudang sekolah.” Ucapnya.

Deg

Setelah mendengar jawaban dari siswa tadi, Hee menerobos ke depan pintu. Dan benar saja, adiknya sudah nangis dipelukang sang guru.

Heeseung membuka pintu tersebut tanpa basa-basi. Guru yang melihat nya, mencoba melarangnya. “Kamu siapa? Main masuk gitu aja.” Ucap sang guru.

“Saya abangnya. Dia adik saya! Adik saya kenapa?” Heeseung meninggikan nada bicaranya. Enchae yang mendengar suara abangnya tersebut, ia berlari menuju Heeseung dan segera memeluknya.

“Hikss..hikss..abang…adek..adek dipegang-pegang, bang.. adek dibawa ke gudang abang.. adek takut abang…” Enchae terus menangis dipelukannya. Tubuh sang adik saat ini gemetar. Ia merasakan bahwa Enchae sangat ketakutan saat ini. Ia benar-benar marah terhadap guru, dan juga murid yang melecehkan adiknya itu.

“Adek.. adek tenang, yaa.. udah ada ada abang disini. Mana anaknya?” Tanya Hee. Enchae menunjuk ruangan tempat murid yang tadi membawa dirinya ke Gudang.

Heeseung berjalan masuk ke dalam ruangan itu, dan melihat bahwa murid yang bernama Bimo, dan juga dua orang temannya. Mereka bertiga kini tengah menunduk. Di dalam ruangan tersebut, sudah ada kepala sekolah, orang tua dari Bimo, dan juga ob sekolah yang sebagai saksi.

“Enchae, sini sayang..” ucap Ibu kepala sekolah yang bernama Rahma. “Enchae diapain aja sama Bimo, dan juga teman-temannya ini?” Lanjut bu Rahma.

“Aku.. aku dipegang-pegang bu. Aku dibawa ke gudang sama Bimo. Tadi aku lagi makan di kantin sama Salma, tapi Bimo narik aku maksa buat ikut dia ke gudang..” ucapnya yang kini berhasil membuat Heeseung kembali emosi.

“Masih kecil udah berani kayak gini! Saya sebagai abangnya gaterima! Orang tua saya, dan juga saya ngejaga Enchae setengah mati, tapi sama kamu malah diginiin! Mau jadi apa kamu gedenya?!” Heeseung benar-benar emosi. Sedangkan Bimo terus saja menunduk. Ia tak berani menatap Heeseung. “JAWAB!” Lanjut Hee.

“Kamu jangan kayak gitu sama anak saya! Anak saya gamungkin kayak gitu kalo gaada yang nyuruh!” Kini ibu Bimo yang bicara.

“Bu, sudah jelas-jelas kalau anak ibu yang salah. Sudah jelas-jelas anak ibu disini ketua nya! Anak ibu bisa aja dikeluarin dari sekolah ini, dan gaada sekolah yang mau nerimanya lagi. Dan sekolah ini juga bisa di tuntut karna kasus pelecehan salah satu murid!

Sontak semua guru dan kepala sekolah juga menunduk mendengar ucapan Heeseung. Sebab, sekolah ini ada campur tangan dengan Choi Seungcheol yang merupakan teman dari papih nya itu.

“Mas, jangan nuntut sekolah ini, mas.. saya mohon.. nanti saya dipecat sama mas Seungcheol..” ucap bu Rahma.

“Kalo gitu, keluarkan anak ini dari sekolah! Sebelum saya telpon daddy.” Ancam Hee.

Satu ruangan terdiam, “gaada yang berani ngeluarin? Saya telpon daddy dulu kalo gitu. Adek, tunggu sini, ya.” Enchae menuruti perkataan abangnya.

Heeseung kini menelpon Seungcheol di teras.

“Halo”

“Iya, abang? Kenapa?”

“Daddy, daddy dimana?”

“Dikantor. Kenapa sayang?”

“Kesekolah Enchae, Dad.”

*“Loh? Bukannya kamu tadi sama Uwon? Emang ada apa sama adik kamu?” *

“Adek di lecehin. Cepet daddy kesekolah..”

“Daddy jemput papah, ayah kamu, sama papih kamu dulu, ya..”

“Oke daddy.”

Heeseung kembali memasuki ruangan tersebut setelah selesai menelpon Seungcheol.

“Udah saya telpon. Tinggal tunggu beliau datang.” Ucap Hee.

“Enchae.. maafkan anak ibu.. maafkan Bimo.. mas, maafkan Bimo, mass.. saya gamau Bimo gabisa sekolah, mas.. saya tau Bimo salah, tolong dimaafkan..” kini ibunya Bimo berlutut di hadapan Heeseung.

“Bangun, Bu.” Ibunya Bimo kembali duduk di bangku nya. “Saya maafkan, tapi soal di keluarin dan di blacklist dari seluruh sekolah, itu terserah daddy.” Ucap Hee. Tak lama Heeseung berbicara seperti itu, kini satu keluarga tiba di ruangan tersebut.

“ADEKK!! Adekk kenapa sayang?” Ucap Papih yang langsung memeluk Enchae.

“Adek gapapa, papih..”

“Kamu diapain sama dia?” Tanya Papih kepada Enchae.

“Gadiapa-apain.. papih gausah khawatir. Udah ada abang yang ngelindungin adek.” Dirinya bangga mempunyai seorang anak laki-laki yang melindungi adiknya itu.

“Kamu, Enchae, kak Han dan juga abang, tunggu diluar aja.” Ucap Ayah dan dibalas anggukan oleh sang papih.

“Abang disini aja, yaa?”

“Biar daddy sama ayah kamu aja ya, bang, yang ngurus semua.” Heeseung mengangguk setelah Seunghcheol bersuara.

Cw // sad, mpreg, accident.

“Tumben banget macet..” ucap Wonwoo yang sibuk memainkan ponselnya.

“Yank, itu kak Shua nya ajak ngobrol dong.”

“E-eh.. Gausah, Gyu.” Kata Joshua yang terus memandangi langit saat ini.

“Kak, kamu kenapa si daritadi?” Kini Wonwoo bertanya kepada ipar nya yang masih terus memandangi langit petang ini.

“Perasaan aku gaenak, Nu. Kayak bakal ada hal yang gak aku inginkan..”

“Kak, bentar.. ini di Twitter rame.. katanya ada pesawat hilang kontak.” Sontak Joshua ikut membuka ponselnya.

Ia terus mencari pesawat jenis apa, dan tujuan nya kemana.

“Kak, pesawat menuju ke Bali kak yang hilang kontak.” ucap Wonwoo yang juga sibuk mencari.

“Nu.. gamungkin kan itu pesawat Dokyeom? Nu..”

“Kak.. pesawat Suj-112 menuju ke Bali, kak. Pesawat Dokyeom..”

Feeling Joshua ternyata benar. Hal yang tidak ia inginkan terjadi.. Saat ini, pesawat yang suami, dan anak-anak nya tumpangi mengalami hilang kontak.

“Gyu.. Balik ke Bandara, Gyu..” Mingyu menuruti permintaan sang ipar.

Joshua terus spam chat Dokyeom, dan juga Heeseung. Namun, dari mereka berdua tak ada jawaban.

Saat tiba di Bandara, benar saja, keluarga dari penumpang Suj-112 sudah ramai memadati Bandara, untuk menanyakan kabar tentang pesawat itu.

Joshua mendorong untuk menuju ke petugas Bandara, menanyakan tentang kabar pesawat itu.

“Pak, pesawatnya gimana? Aman kan?” Tanya Joshua.

“Maaf, mas. Pesawat telah jatuh di perairan laut Jawa. Seluruh penumpang dikabarkan tak ada yang selamat. Kini Basarnas sudah menuju ke titik lokasi jatuhnya pesawat.”

Deg

Saat itu, dunia Joshua benar-benar berhenti. Ia tak tahu harus bertahan hidup bagaimana kalo suami, dan anak-anaknya meninggalkan dirinya seorang diri untuk selama-lamanya.

Wonwoo yang melihatnya, ia segera memopong Joshua ke belakang. “Kak, bangun, kak..” ucap Wonwoo.

“Nu.. Dokyeom, Nu.. Adik kamu.. Adik kamu ninggalin kita semua, Nu.. Hiksss.. Wonwoo..” Wonwoo memeluk tubuh Joshua untuk menenangkan nya. Walaupun dirinya juga hancur. Adik kesayangan nya pergi untuk selamanya. Saat ini, ia berpikir kalau ia gagal menjadi kakak.

“Kak, iyaa kak.. Dokyeom, Enchae, dan juga Abang, udah terbang tinggi, kak. Mereka emang gak tiba di Bali, tapi mereka tiba di tempat yang lebih indah.. Kakak gasendirian. Kakak ada aku, Mingyu, bang Cheol, dan kak Han.”

“Nu.. Aku gasiap.. Andai aku bisa lebih kuat untuk menghalangi mereka pergi ke Bali. Nu.. Anak-anak lebih bahagia sama Ayah nya, ya Nu? Mangkanya anak-anak ikut Dokyeom pergi ninggalin aku sendirian disini. Nu, tadi Hee bilang i love you, Nu, ke aku. Nu..”

Mingyu ikut memeluk mereka berdua untuk saling menguatkan satu sama lain. Ia juga sedih ditinggal teman masa SMA nya. Ternyata, Enchae lebih suka jadi Superman untuk selamanya.

Dokyeom saat ini gelisah, karena mantan suaminya itu tidak membalas pesan nya. Ia takut hal yang tidak diinginkan terjadi. Dokyeom terus mencoba menghubungi nomor ponsel Joshua, namun tidak ada jawaban. “Josh, ayok angkat.. kamu kemana.. aku takut..” ucap Dokyeom yang sambil terus menelpon.

Kriiinggg

Tiba-tiba ponsel Dokyeom berdering, ia melihat bahwa Joshua menelpon diri nya balik.

“Halo, Josh. Kamu abis darimana si? Kok gangangkat telpon aku?”

“Halo..” Dokyeom Heran, ini bukan suara Joshua. Melainkan suara seperti ibu-ibu.

“Iya, Halo. Ini siapa, ya?”

“Maaf, mas. Saya tetangga sebelah kos nya, saat ini Joshua berada dirumah sakit, mas. Tangan nya penuh darah. Sepertinya dia melakukan percobaan bunuh diri. Mas bisa segera kesini? Nanti saya share lok rumah sakitnya lewat ponsel ini.”

“Terima kasih infonya, Bu. Baik, saya tutup, ya.”

“Iya, mas.”

Dokyeom tiba dirumah sakit setelah diberi alamat Rumah Sakit nya.

“Sus, pasien atas nama Hong Jisoo ada dimana?”

“Di ruang 130, mas.”

“Makasih, sus.” Dokyeom segera menuju ruangan tersebut. Ia melihat ada bapak-bapak dan ibu-ibu yang menjaga di depan pintu ruangan itu.

“Mas.. itu Joshuanya di dalem. Kata dokter, udah boleh di tengok.” Ucap Ibu Lusi.

“Baik, Bu. Makasih yaa ibu, dan bapak yang sudah mengantarkan Joshua kesini.”

“Sama-sama, mas. Dijagain, yaa.. kayaknya dia juga lagi stres.” Dokyeom mengangguk.

Dokyeom membuka pintu kamar tersebut, dan duduk di samping Joshua. Ia melihat tangan kiri Joshua sudah di perban. “Kamu ngelakuin apa si, Josh? Sampe tangan kamu di perban gini..” ucap Dokyeom yang terus mengelus tangan Joshua.

Setelah mengirim pesan kepada sang anak, ia kembali mengelus tangan mantan suami nya. Tidak ada 5 menit, pintu ruangan terbuka.

“Ayah, siapa yang sa—“ belum sempat melanjutkan ucapan nya, Hee kaget melihat papih nya terbaring di ranjang tidur Rumah sakit dengan tangan kiri yang sudah di perban.

“Sini duduk di samping Ayah. Kita temani papih sampai papih sadar.” Hee menuruti permintaan sang ayah.

“Yeyun kemana?” Tanya Dokyeom.

“Yeyun langsung pulang, Yah. Bunda nya nelpon..”

“Ohh.”

“Yah, papih kenapa bisa sampai kayak gini?”

“Ayah juga gatau.. kamu jangan benci papih ya, bang? Kasian kan ngeliat papih kayak gini?”

“Hmm”

“Bang, kamu tunggu sini. Ayah mau ngecek handphone papih dulu.” Heeseung mengangguk.

Dokyeom mengecek ponsel milik Joshua untuk melihat apakah masih ada nomor Eden atau tidak.

Dokyeom mengetik nama Eden di ponsel milik Joshua. Ia menemukan nya, tetapi nomor tersebut sepertinya sudah di blokir oleh mantan suami nya. “Gue bagiin aja dah nomor si bangsat ini, ke nomor gue.” Ucap Dokyeom.

Setelah membagikan nomor Eden, ia kembali duduk di samping anaknya. Heeseung terlelap di samping Joshua. “Bang, abang.. pindah ke sofa aja gih” Heeseung bangun dan berjalan perlahan menuju sofa.

Tak lama Heeseung pindah, tangan Joshua bergerak. “Josh..” ucap Dokyeom.

“Mas.. aku kok ada disini? Terus kamu ngapain?” Tanya Joshua.

“Kamu galiat tangan kiri kamu? Kamu kenapa si?” Kini Dokyeom justru balik nanya kepada Joshua.

“Mas.. aku tadi nyoba nyilet tangan aku.. aku kira aku bakal mati, gataunya masih hidup, ya, mas?”

“Josh.. kenapa sampe begitunya?”

“Aku sakit mas, sakit denger anak aku benci sama aku di depan aku sendiri. Aku denger semuanya. Aku.. aku mikir udah gaada yang perduli sama aku. Kamu, Abang, udah gaperduli sama aku. Jadi, aku lebih milih ikut bunda sama ayah aku, mas.”

Dokyeom memeluk Joshua dengan erat, membiarkan yang dipeluknya itu menangis sejadi-jadinya. “Mas, aku minta maaf, mas.. aku mau kita balik kayak dulu, mass.. jadi keluarga yang bahagia, mas. Aku rela mas ngelakuin apa aja demi kita balik kayak dulu, mas.. aku rela.. mas, tolong maafin aku, mas..” ucap Joshua yang masih menangis dipelukan Dokyeom.

“Aku mau ketemu sama Eden, Josh. Boleh?”

Joshua melepaskan pelukannya, “boleh, mas. Tapi, nomor dia udah aku blok.” Ucap Joshua.

“Buka, Josh. Suruh aku. Bilang, kamu ngajak ketemuan gitu.”

Joshua menuruti permintaan suaminya untuk membuka kembali nomor Eden. “Mas, udah aku buka.” Ucap Joshua.

“Mas, aku juga udah ngechat, ketemuan di cafe ngopi bang. Itu cafe biasa aku sama dia ketemuan, mas..” lanjut Joshua.

“Yauda, aku nemuin Eden dulu, ya..” Joshua mengangguk, “hati-hati mas.”

“Oh, iya, di sofa ada abang. Kalo mau apa-apa, minta abang aja kalo aku belum balik.” Joshua kembali mengangguk.

Dokyeom pergi meninggalkan Joshua dan juga Heeseung di ruangan itu untuk menemui Jaeden.

Sesampainya di tempat Ngopi Bang, Dokyeom mencari keberadaan Eden. Ia melihat Eden duduk di pojok sambil memandangi pemandangan yang sepertinya sedang menunggu kehadiran Joshua saat ini. Dokyeom melangkah untuk mendekati Eden, “Jaeden, ya?” Tanya Dokyeom.

Eden yang merasa ada yang memanggilnya, ia pun menoleh. “Iya? Ini siapa?” Ucap Eden.

“Dokyeom. SuamiJoshua. Joshua yang udah ngelakuin sex sama kamu itu, loh..”

Jaeden kaget, bahwa yang datang menemuinya saat ini justru mantan suami dari Joshua. “E-eh.. kenapa ya, kesini?” Tanya Eden.

“Joshua bukan nya ngajak ketemuan kamu?” Eden mengangguk, “karna Joshua tiba-tiba gabisa, jadi saya aja yang gantiin. Bolehkan?” Eden menelan ludahnya saat ini.. Dokyeom yang ia tahu tidak se seram saat ini.

“Boleh..”

“Kasih tau dong kenapa kamu selingkuh sama suami saya.. terus kenapa bisa ngelakuin sex sama dia, padahal kamu juga tau kalo dia udah punya suami.”

“Sebelumnya, saya minta maaf karena selingkuh sama suami kamu. Jadi, saya mau menjelaskan kenapa saya dan Joshua bisa melakukan itu. Awalnya saya ketemu dia di tempat belanja.. saya ngeliat dia kesusahan bawa barang belanja nya. Abis itu—“

“Saya mau ke intinya langsung. Bisa?!”

“Yang waktu itu Joshua ijin ke kamu buat nginep, dia tidur sama saya. Dia bilang, dia nyaman sama saya. Dia kangen diperlakuin kayak gini sama kamu. Dia kangen diperhatiin lagi, di sentuh lagi. Tapi, kamu sibuk kerja, sibuk nyalahin dia terus! Jadinya dia dapat kenikmatan sama saya malam itu. Dan besok nya, saya ngajak dia nge mall.. tetapi, malamnya saya diputusin.”

Setelah mendengar penjelasan Eden, Dokyeom terdiam sejenak. Rupanya Joshua selingkuh karna kesalahan diri nya juga. Ia saat ini memang lagi sibuk meeting di kantor dengan klien. Dan soal ia menyalahkan Joshua itu juga benar.

“Iya. Kamu diputusin sama dia, karena anak saya yang ngeliat kalian pelukan di mall. Baik, terimakasih karna sudah menjelaskan semuanya. Saya harap, kamu bisa menemukan pasangan yang lebih baik dibanding kan Joshua!” Dokyeom pergi meninggalkan Eden sendirian. Ia kembali menuju kerumah sakit untuk menjenguk Joshua dan juga anaknya yang masih terlelap di ruangan itu.

Dokyeom kembali tiba di Rumah Sakit. Ia melihat sang anak yang masih tertidur pulas, sedangkan Joshua sibuk membaca novel. “Josh.. aku udah denger semua penjelasan Eden. Jadi, keluarga yang kamu mau, kayak gimana, Josh? Aku wujudin semuanya. Kamu mau aku perhatian lagi? Aku wujudin. Kamu mau di sentuh sama aku? Aku wujudin, Josh. Asal kamu berubah, dan minta maaf sama anak-anak.” Ucap Dokyeom.

“Mas, gak cuma aku, Tapi kamu juga! Kamu juga salah mas.. Kamu jangan nyembunyiin kesalahan kamu yang dulu-dulu. Yang kamu selingkuh sama Woozi pas aku hamil Hee, kamu nyalahin aku waktu aku keguguran, kamu nyalahin aku karna ngeizinin abang kerkom. Mas, kamu tau kan, kalo abang waktu pertama kali masuk rs karna ngelindungin aku? Kamu tau kan?! Tapi kenapa kamu bilang nya aku ngeizinin abang boong? Aku capek mas di salahin terus sama kamu. Iya aku tau kamu sekarang udah berubah, tapi kamu gamau ngakuin kesalahan kamu sama anak kandung kamu sendiri, mas! Aku mau kita balik, tapi setelah kita sama-sama ngakuin kesalahan sama Hee. Enchae di titip ke Wonu dulu. Dan kamu, harus balikin nama baik aku sama Wonwoo.”

Hee yang terbangun karna suara berisik dari kamar itu, ia memejamkan matanya. “Ada apaansi? Teriak-teriak segala.” Ucap Hee.

“Hee, kamu dengerin kesalahan Ayah kamu ini!” Kata Joshua.

“Bang, maafin Ayah, yaa.. Ayah selama ini nutupin semua kesalahan Ayah sama abang.. Ayah juga pernah selingkuh waktu kamu masih di dalam perut papih. Terus papih kamu pergi ke LA nemuin temen nya, bawa-bawa kamu di dalam perut sendirian, Hee.. Maafin Ayah, ya? Ayah juga sering nyalahin papih kamu, padahal papih kamu gangapa-ngapain.. Waktu papih keguguran, Ayah juga nyalahin papih. Ayah minta maaf, Hee..” Dokyeom berlutut kepada sang anak, “Yah, bangun..Hee maafin ayah. Tapi dengan satu syarat, Ayah gaboleh ngulangin kesalahan ayah lagi.” Dokyeom mengangguk.

“Abang.. maafin papih juga, ya sayang.. maafin papih karna udah bikin kamu trauma.. maafin papih.. papih janji, papih gabakal bikin kamu trauma, sedih lagi. Papih janji, sayang.. papih sama Ayah bakal jadi yang lebih baik lagi buat abang sama adek.” Heeseung memeluk tubuh Joshua tanpa mengucapkan satu kata pun.

Kini, keluarga mereka kembali adem seperti dulu..

Joshua mengikuti langkah kaki suami nya yang naik ke atas kamar mereka. “Tutup!” Ketus Dokyeom. Joshua menuruti perkataan sang suami, “udah mas..” ucap Joshua.

“Sini duduk di pangkuan mas,” lagi-lagi Joshua menuruti permintaan sang kepala keluarga.

“Anak-anak tuh udah pada gede, Joshua.. masa kita mau berantem terus? Mas udah mulai nyoba berubah loh.. kenapa malah kamu yang gantian kayak gini? Kamu mau mas hukum, ya? Mau nambah anak lagi? Atau emang sengaja biar mas genjot?” Joshua merinding mendengarnya. Ia takut kalo suaminya beneran ngehukum dirinya..

“M-maaf, mas..” Joshua hanya bisa mengucapkan kalimat maaf dan menundukkan wajahnya.

“Hey.. kenapa nangis? Mas cuma nanya aja.. kamu sengaja biar mas hukum, atau gimana? Itu aja, kok.”

“Terserah mas.. disini aku yang salah…” Joshua pasrah kalau malam ini dirinya beneran dihukum oleh suami nya itu.

“Engga malem ini kok di genjotnya.. malem ini mas cuma mau nen aja. Boleh?” Joshua mengangguk. Dirinya segera melepaskan kancing di pajama nya satu persatu. Tetapi, Dokyeom menahan nya.

“Kenapa mas?” Tanya Joshua.

“Kenapa sekarang? Kamu ngebet banget ya nen kamu mas isep?”

“Kirain mas mau sekarang juga.. soalnya muka mas masih marah..”

“Kalo sekarang, nanti Enchae sama abang mgedenger kamu ngedesah, gimana?”

“Hehehe.. maaf ya mas.” Joshua kembali memasang kancing yang sudah terbuka tadi.

“Iya sayang.. mas maafin.” Ucap Dokyeom, “kamu emang gamau tau, Chu, siapa yang udah ngirim foto itu?” Lanjut Dokyeom.

“Emang siapa mas?”

“Enchae. Anak kamu sendiri, Chu..”

“Aku gatau dia ada di cafe itu, mas, semalem..”

“Ya iya gatau, orang kesenengan di senderin Jisoo.”

“Mas ihhh!!”